Istilah ekonomi hijau atau green jobs semakin populer dalam beberapa dekade terakhir seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu-isu lingkungan. Green jobs merujuk pada pekerjaan-pekerjaan yang berkontribusi pada pelestarian atau pemulihan lingkungan (UNEP, 2008).
Energi terbarukan, pengelolaan limbah, pertanian organik, dan ekowisata merupakan contoh-contoh green jobs. Dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang menjadi isu global, green jobs menjadi sektor prospektif dan menarik bagi para pekerja, termasuk perempuan.
Di Indonesia, sektor memiliki potensi besar untuk membuka lebih banyak peluang bagi perempuan. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, perempuan memainkan peran signifikan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan (KPPPA, 2020).
Hal ini sejalan dengan pandangan green politics yang menekankan kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan (Blühdorn & Welsh, 2007). Pandangan ini mendorong perlunya pemberdayaan perempuan di sektor-sektor green jobs.
Transisi menuju ekonomi hijau di Indonesia telah menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Komitmen ini seiring dengan upaya pemerintah untuk mengatasi krisis iklim dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Namun, partisipasi perempuan dalam sektor-sektor ini masih terbatas. Sebagai bagian dari gerakan green politics, organisasi masyarakat sipil telah mulai berupaya mendorong pemerintah. Kedua pemangku kepentingan itu merancang kebijakan dan program yang lebih responsif gender dalam mendukung green jobs bagi perempuan.
Perkembangan green jobs di banyak negara telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, di Uni Eropa, sektor ini diperkirakan menyediakan sekitar 4 juta pekerjaan pada tahun 2019.
Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan upaya-upaya transisi energi yang semakin gencar dilakukan. Negara-negara, seperti Jerman, Prancis, dan Inggris telah menjadi pemimpin dalam pengembangan green jobs melalui investasi besar-besaran pada energi terbarukan, efisiensi energi, dan ekonomi sirkular.
Sayangnya, representasi perempuan dalam sektor-sektor ini masih relatif rendah. Hanya sekitar 35% pekerja green jobs yang merupakan perempuan.
Beberapa inisiatif telah dilakukan untuk mendorong partisipasi perempuan, seperti program pelatihan dan pemberdayaan khusus, pengembangan infrastruktur yang lebih inklusif, dan promosi kepemimpinan perempuan di bidang teknologi hijau.