Di era serba cepat dan serba instan seperti saat ini, tak jarang kita terjebak dalam ilusi produktivitas. Sibuk mengerjakan tugas demi tugas, kadang bahkan sampai lupa waktu.
Namun, pada akhirnya, hasil yang kita capai terasa kurang memuaskan, tidak sebanding dengan upaya yang telah kita lakukan. Inilah yang disebut dengan fake productivity atau produktivitas palsu.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah kurangnya prioritas dan fokus dalam bekerja. Kita cenderung menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas yang sebenarnya tidak terlalu penting atau mendesak.
Misalnya, mahasiswa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan atau membaca buku teks, tetapi sebenarnya hanya sedikit yang benar-benar dipahami dan diingat.
Produktivitas palsu juga terjadi pada mahasiswa yang menghabiskan waktu lama untuk membuat catatan yang rapi dan terstruktur. Namun, mahasiswa itu tidak pernah membacanya kembali untuk belajar.
Palsunya produktivitas juga bisa terjadi pada siapa saja, termasuk dosen. Seperti seorang dosen yang membuat slide presentasi yang panjang dan detail, tetapi pada saat mengajar dosen itu hanya membacakan slide tersebut, tanpa penjelasan mendalam.
Contoh lainnya masih banyak dan bisa dibuat daftar panjang berdasarkan profesi atau pekerjaan. Akibatnya, tugas-tugas utama yang seharusnya menjadi prioritas justru terabaikan atau hanya dikerjakan secara setengah-setengah.
Selain itu, budaya "always on" dan kebiasaan multitasking juga dapat menghambat produktivitas sejati. Kita merasa selalu harus tersambung dengan dunia digital, memeriksa email, pesan, dan notifikasi secara terus-menerus.
Hal ini membuat kita kehilangan fokus dan konsentrasi, sehingga pekerjaan yang kita kerjakan menjadi kurang maksimal.
Jalan keluar