Dengan eskalasi konflik antara Israel dan Iran akibat serangan Israel ke konsulat Iran di Suriah dan balasan dari Iran, polarisasi dukungan di antara negara-negara Timur Tengah terhadap kedua kubu semakin meningkat. Fenomena ini dapat dianalisis dengan menggunakan konsep pembentukan aliansi (alliance formation) dalam studi Hubungan Internasional.
Pembentukan aliansi merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh negara-negara untuk meningkatkan kekuatan dan keamanan nasional mereka di lingkungan internasional yang anarki (Griffiths et al., 2008).
Negara-negara akan cenderung membentuk aliansi dengan negara-negara lain yang memiliki kepentingan atau ancaman yang sama. Tujuan aliansi itu adalah meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman tersebut.
Dalam kasus polarisasi dukungan di Timur Tengah, kita dapat melihat pembentukan aliansi yang terbagi menjadi dua kubu besar, yaitu kubu pro-Israel dan kubu pro-Iran. Negara-negara Arab Teluk ---seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Kuwait--- cenderung mendukung Israel. Mereka memandang Iran sebagai ancaman utama bagi keamanan nasional mereka.
Mereka khawatir dengan ambisi Iran untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Teluk dan program nuklir Iran yang dapat mengancam keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.
Di sisi lain, Iran cenderung mendapat dukungan dari negara-negara seperti Suriah dan kelompok-kelompok Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina dan milisi-milisi Syiah di Irak.
Negara-negara dan kelompok-kelompok ini memiliki kedekatan ideologis dengan Iran yang beraliran Syiah, serta menentang pengaruh AS dan Israel di kawasan Timur Tengah.
Stephen M. Walt dalam bukunya "The Origins of Alliances" (1987) menjelaskan pembentukan aliansi sering didasarkan pada ancaman yang dihadapi negara-negara tersebut. Negara-negara cenderung membentuk aliansi dengan negara-negara lain yang menghadapi ancaman yang sama.
Dalam kasus ini, negara-negara Arab Teluk memandang Iran sebagai ancaman utama. Sebaliknya, Iran dan sekutu-sekutunya memandang Israel dan AS sebagai ancaman bagi kepentingan mereka.
Polarisasi dukungan ini juga mencerminkan persaingan kekuatan antara Iran dan Arab Saudi dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Timur Tengah. Kedua negara ini berusaha menarik sekutu sebanyak mungkin untuk memperkuat posisi mereka di kawasan tersebut.