Ketegangan antara Israel-Iran memicu kekhawatiran akan potensi meletusnya perang berskala penuh di Timur Tengah yang dapat berkembang menjadi konflik global, bahkan Perang Dunia III.
Ketegangan kedua negara telah mencapai titik didih setelah serangkaian konfrontasi militer terbaru. Serangan balasan Iran ke wilayah Israel pada April 2024 menandai eskalasi signifikan dalam perseteruan abadi kedua negara.
Untuk menilai sejauh mana perang Israel-Iran dapat bereskalasi menjadi konflik global, perlu ditelaah faktor-faktor penyebab Perang Dunia (PD) I dan II sebagai perbandingan. Salah satu manfaat mempelajari hubungan internasional adalah aspek prediktif, yaitu kemampuan memprediksi fenomena hubungan antar-negara.
Untuk menjelaskan sejauh mana konflik antara Israel-Iran berpotensi menjadi PD III, kita perlu mengetahui bagaimana atau apa saja penyebab PD I dan II. Kedua perang modern itu bisa membantu melihat kemungkinan terjadinya PD III.
PD I secara umum dipicu oleh kombinasi persaingan antar negara besar, militerisme, sistem aliansi yang rapuh, dan nasionalisme yang meningkat. Sedangkan, PD II terjadi akibat dari bangkitnya fasisme, kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB), ketidakpuasan Jerman terhadap Perjanjian Versailles, dan ambisi Hitler untuk menguasai Eropa.
Pada saat ini, persaingan antara Israel yang didukung Amerika Serikat (AS) dengan Iran yang disokong Rusia dalam memperebutkan pengaruh di Timur Tengah memang mengandung potensi konflik besar. Selain itu, perang proksi antara Israel-AS vs Iran-Rusia di Suriah selama bertahun-tahun dapat menjadi pemantik konflik terbuka, jika ada salah perhitungan.
Namun, skala dan sifat persaingan ini belum sebanding dengan pertentangan menyeluruh antara blok Sekutu AS dan Uni Soviet (US) menjelang PD II. Struktur aliansi yang berlaku sekarang juga tidak sekaku dan sekonfrontatif pra-PD I dan pra-PD II.
Meski AS dan Rusia mendukung pihak yang berseberangan, mereka cenderung menghindari konfrontasi langsung yang dapat bereskalasi di luar kendali. Konfrontasi AS lawan Rusia dalam perang Ukraina dan AS lawan China di Laut China Selatan dan Taiwan setidaknya membuktikan kecenderungan itu, setidaknya sampai sekarang.
Ketergantungan ekonomi akibat globalisasi membuat negara-negara besar lebih berhati-hati. Ini kontras dengan kondisi pra-PD I saat persaingan ekonomi justru menjadi picu perang.
Meski demikian, perang Israel-Iran tetap dapat memicu konflik regional yang meluas mengingat banyaknya aktor negara dan non-negara yang terlibat dengan kepentingan bertentangan. Ketegangan sektarian antara negara-negara Arab Sunni yang mendukung Israel vs Iran yang didominasi Syiah dapat menyulut konflik berdasarkan identitas di seluruh kawasan (Barnes-Dacey, 2024).