Serangan Iran terhadap Israel yang terjadi baru-baru ini menandai eskalasi signifikan dalam ketegangan di Timur Tengah dan berpotensi memiliki implikasi besar bagi keamanan regional.
Sebagai dua kekuatan utama yang saling bermusuhan di kawasan tersebut, konflik terbuka antara Iran-Israel dapat memicu gejolak yang meluas dan ketidakstabilan di seluruh Timur Tengah.
Langkah Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke arah Israel merupakan serangan langsung pertama setelah bertahun-tahun terlibat dalam "perang bayangan". Serangan ini tampaknya merupakan balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Islam.
Ini menunjukkan pergeseran dalam kebijakan Iran yang sebelumnya menahan diri dari konfrontasi militer langsung dengan Israel. Dengan melakukan pembalasan, Iran mengirimkan pesan kuat bahwa mereka siap menanggapi secara agresif setiap ancaman terhadap kepentingan dan personelnya.
Polarisasi regional
Eskalasi antara Iran dan Israel berisiko memicu perang regional yang lebih luas. Sekutu Iran seperti Hizbullah di Lebanon dan milisi yang didukung Iran di Suriah dan Irak dapat terlibat dalam konflik untuk mendukung Teheran.
Bisa diperkirakan, eksalasi itu bakal membangunkan kekuatan-kekuatan militer yang selama ini menolak Israel. Apalagi Iran dikenal sebagai salah satu pusat kekuatan di Timur Tengah yang menentang AS.
Di sisi lain, sekutu dekat Israel seperti Amerika Serikat kemungkinan akan memberikan dukungan militer dan diplomatik kepada Israel. Ketegangan yang meningkat dapat dengan cepat berubah menjadi konfrontasi militer multi-pihak yang menarik kekuatan regional dan internasional ke dalam pusaran konflik.
AS telah menggelar beberapa pertemuan dengan agenda potensi keamanan regional di Timur Tengah dan memperingatkan Iran agar menahan diri. Upaya AS tentu saja bisa dipahami berkaitan dengan kepentingan ekonomi di kawasan itu.