Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

TikTok China Menantang Hegemoni AS?

Diperbarui: 23 Maret 2024   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi TikTok membawa China menantang AS. Foto: NICOLAS ASFOURI via KOMPAS.id

Dalam lanskap geopolitik kontemporer, pertumbuhan ekonomi dan teknologi China telah menimbulkan pertanyaan penting tentang potensi untuk menyaingi hegemoni Amerika Serikat (AS). Penggunaan platform sosial media seperti TikTok oleh China, dalam konteks ini, sebenarnya memperlihatkan bagaimana China berupaya memperluas pengaruhnya secara global dan menantang dominasi AS.

Banyak anggota dewan AS khawatir TikTok memungkinkan pemerintah China mengakses data pengguna dan memengaruhi warga AS melalui algoritma platformnya. AS semakin bertekad memblokir aplikasi TikTok dengan meloloskan RUU yang mendorong ByteDance, perusahaan induk TikTok asal China, untuk melakukan divestasi atau TikTok akan dikeluarkan dari toko aplikasi di AS.

Penelitian menunjukkan TikTok mengumpulkan data seperti aplikasi medsos lainnya, tetapi belum ditemukan kerentanan atau perilaku seperti malware. Perdebatan masih berlangsung terkait potensi ancaman TikTok terhadap keamanan nasional AS.

Dalam menganalisis potensi China menggunakan TikTok untuk menyaingi hegemoni Amerika Serikat (AS), kita dapat menggunakan kerangka teori structural power atau kekuasaan struktural yang dikemukakan oleh pakar Ilmu Hubungan Internasional dari Inggris, yaitu Susan Strange. 

Teori ini melihat bagaimana kekuatan struktural dalam perekonomian global dapat digunakan sebagai sumber kekuatan dalam politik internasional.

Sumber keuasaan struktural

Menurut Strange (1994), structural power merujuk pada "kekuatan untuk membentuk dan menentukan aturan main, atau untuk mengubah distribusi keuntungan di masa depan." Strange mengidentifikasi ada empat sumber structural power: produksi, keuangan, pengetahuan, dan keamanan. 

Melalui TikTok, China dapat dapat dikatakan telah memanfaatkan kekuasaan struktural untuk menyaingi dominasi AS di bidang teknologi dan ekonomi digital. TikTok, dengan algoritma canggihnya mampu mengumpulkan dan memproses data pengguna secara masif. 

Kemampuan itu memberikan China akses ke sumber daya pengetahuan yang sangat berharga. Seperti yang dikatakan Joseph Nye (2011), di era informasi sekarang, kemampuan untuk mengumpulkan, memproses, dan memanipulasi informasi menjadi sumber kekuatan yang sangat penting. 

Melalui TikTok, China dapat mengumpulkan data perilaku, preferensi, dan tren pengguna dari seluruh dunia. Pada gilirannya, data itu dapat digunakan China untuk memahami dan mempengaruhi opini publik global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline