Respons masyarakat terhadap debat calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) selalu menarik untuk disimak. Bahkan respons itu malah lebih heboh dan berkepanjangan, sehingga membuat debat menjadi semakin kontroversial.
Kecenderungan itu juga tampaknya menjauh dari pemilih muda atau pemula, yaitu generasi Z dan milenial.
Pemilihan presiden (pilpres) 2024 memang memberikan peluang bagi capres dan cawapres untuk menyampaikan pandangan mereka kepada masyarakat Indonesia, termasuk generasi muda yang sudah memiliki hak pilih di 14 Februari 2024 nanti.
Melalui debat, pandangan capres-cawapres disampaikan dalam bentuk tukar menukar pendapat dan saling bertanya-jawab soal visi dan misi mereka, jika terpilih menjadi presiden mulai 20 Oktober 2024.
Melalui 5 kali debat yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), capres akan mengikuti 3 kali debat dan cawapres 2 kali debat. Debat ini menjadi forum penting bagi pemilih muda, terutama dalam meningkatkan kesadaran politik mereka.
Survei Litbang Kompas menghasilkan ada 28% lebih undecided voters atau pemilih yang belum memutuskan memilih capres-cawapres yang mana. Walau tidak dinyatakan jumlah itu semua adalah pemilih muda, namun dapat diperkirakan bahwa kebanyakan adalah pemilih di kelompok umur itu.
Debat capres-cawapres perlu menyapa para pemilih muda. Jumlah generasi Z dan milenial yang memiliki hak pilih lebih 50% dari total pemilih sekitar 205 juta warga negara Indonesia.
Pemilih muda dapat melihat secara langsung bagaimana para calon wakil presiden menyampaikan argumen mereka dan menjawab pertanyaan dari panelis.
Hal ini dapat membantu pemilih muda untuk menilai visi dan misi para calon wakil presiden, serta karakter mereka. Dengan perkiraan angka itu menjelaskan bahwa masing-masing pasangan calon (paslon) masih memiliki peluang besar mendulang suara pemilih melalui debat capres dan cawapres.