Membicarakan prestasi Indonesia dalam hubungan internasional memang sangat perlu. Walaupun telah menjadi bagian dari sejarah, namun pengalaman dan prestasi diplomasi Indonesia sebagai ketua ASEAN dapat menjadi best lesson bagi keketuaan Indonesia pada 2023.
Presiden Joko Widodo telah menerima estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja untuk menjadi Ketua ASEAN di tahun 2023 pada 13 November 2022 lalu. Tema ASEAN pada tahun 2023 ini adalah “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth." Melalui tema itu, Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia.
Apalagi Indonesia memegang posisi sebagai ketua pada beberapa organisasi internasional dalam waktu yang hampir bersamaan. Setelah menjadi ketua G20 pada 2022 lalu, pada 2023 Indonesia mendapat giliran sebagai ketua ASEAN.
Pada tahun ini juga, Indonesia menjadi ketua bagi forum negara-negara berkekuatan menengah (middle power) atau MIKTA. Forum ini terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
Pada beberapa organisasi internasional, posisi ketua bukanlah posisi yang diperebutkan atau bagian dari kontestasi. Seperti di G20 dan ASEAN, sebuah negara menjadi ketua secara bergilir. Jika pada 2022 lalu menjadi ketua G20, giliran berikutnya bagi Indonesia adalah pada 2042.
Sementara itu, menjadi ketua ASEAN juga bukan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Keketuaan Indonesia pada 2023 ini adalah keempat kalinya. Sebelumnya, Indonesia menjabat Ketua ASEAN sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1976, 2003 dan 2011.
Prestasi
Meskipun kesepakatan KTT ASEAN bersifat kolektif, namun peran ketua sebagai pemimpin (leader) dan penyelenggara (chair) sangat penting. Ketua ASEAN, yaitu pemimpin negara, harus memiliki kemampuan memimpin dan membuat terobosan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan regional.
Pengalaman Indonesia sebagai Ketua ASEAN pada 1976, 2003, dan 2011 dapat menjadi pelajaran terbaik bagi keketuaan di 2023. Pengalaman itu khususnya berkaitan dengan prestasi atau capaian Indonesia pada tiga KTT itu.