Menerbitkan buku sendiri atau self-publishing memang gampang-gampang susah. Gampangnya adalah bahwa semua materi disiapkan sendiri, tanpa perlu campur tangan orang lain.
Serangkaian kegiatan harus dilakukan agar sebuah buku karya sendiri dapat hadir di tangan sendiri.
Rangkaian kegiatan itu dapat berupa menyiapkan naskah, menulis materi isi buku, mempersiapkan halaman depan (cover), halaman dalam dan belakang.
Sebaliknya, sebagian orang menganggap menerbitkan buku sendiri juga ternyata susah. Alasannya adalah harus melibatkan orang lain agar buku bisa terbit sesuai keinginan kita.
Selain berbagai hal yang sifatnya personal seperti di atas, self publishing memerlukan pihak lain untuk mengedit materi atau isi buku, mencetak, mengajukan ISBN, dan memasarkan buku.
Beberapa self-publishing juga memaksa penulis mengeluarkan biaya sendiri, jika pihak penerbit tidak bersedia menanggung ongkos penerbitan.
Meskipun demikian, kenyataan menunjukkan bertambahnya orang yang ingin menerbitkan buku sendiri. Kesulitan menembus penerbit-penerbit besar dapat menjadi motivasi bagi banyak orang untuk menerbitkan bukunya sendiri. Apalagi banyak orang ingin menerbitkan bukunya sendiri untuk kepentingan personal, bukan keuntungan finansial. Yang paling sederhana, orang menerbitkan sendiri bukunya untuk kalangan sendiri.
Dengan cara berpikir itu, orang memiliki setidaknya tiga alasan untuk menerbitkan bukunya sendiri.
Pertama adalah alasan memprovokasi diri sendiri. Kata 'provokasi' sengaja dipakai di sini yang sebenarnya sama artinya dengan 'motivasi'.
Dengan alasan memprovokasi diri sendiri, menerbitkan buku sendiri diharapkan mampu membakar semangat seseorang. Semangat menerbitkan buku sendiri menjadi sangat penting.