Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

Hasil KTT ASEAN-China: Antara Harapan dan Kenyataan

Diperbarui: 26 November 2021   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KTT ASEAN-China memang telah berakhir, namun pertemuan itu menghasilkan beberapa komitmen strategis China terhadap ASEAN. Tanpa kehadiran Myanmar, Presiden Xi Jinping sebagai tuan rumah KTT tetap optimis mengenai hubungannya dengan satu-satunya organisasi regional di kawasan Asia Tenggara itu.

Komitmen China mencerminkan harapan atau keinginan kuat negara besar itu untuk membangun perdamaian di kawasan Indo-Pasifik. Sebagai mitra dialog ASEAN, kepentingan utama China adalah mewujudkan citranya menjadi responsible great power. 

Komitmen itu disampaikan sendiri oleh Presiden Xi Jinping. Pertama, China tidak akan membangun hegemoni di kawasan. Hegemoni ini secara konseptual berarti kekuasaan yang memaksa. Kekuasaan yang dibangun adalah yang bertanggung jawab. Kepentingan ini, misalnya, diwujudkan secara kongkret dalam bentuk rencana pembangunan fasilitas vaksin Covid-19 di Asia Tenggara.

Komitmen kedua, China tidak melakukan bullying atau menindas terhadap negara-negara kecil di sekitarnya. Komitmen ini dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari upaya menghindarkan diri membangun kekuasaan hegemonik regional.

Ketiga, China berkomitmen membangun zona bebas nuklir bersama ASEAN. Berdasarkan komitmen ini, China kabarnya bersedia menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir ASEAN. 

Komitmen ini memiliki arti strategis, yaitu memperkuat penolakan sebagian besar negara-negara anggota ASEAN terhadap pakta pertahanan AUKUS antara Amerika Serikat (AS), Australia, dan Inggris.

Ketiga komitmen itu dilandasi oleh keinginan China membangun dialog dengan ASEAN. China menganggap ASEAN sebagai mitra terdekat di kawasan ini, jika dibandingkan dengan hubungan bilateral China dengan negara-negara di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan. 

Komitmen ini hendak diwujudkan dengan rencana impor China dari ASEAN. Dialog melalui kerja sama ekonomi kabarnya telah meningkat lebih dari 80 kali sejak China menjadi mitra ASEAN pada 1991.

Hate and Love
Lalu pertanyaannya adalah bagaimana menerjemahkan komitmen China itu ke dalam konteks regional di kawasan Indo-Pasifik, khususnya Asia Tenggara?

viva.co.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline