Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

Menghormati Senior, Menghindari Senioritas

Diperbarui: 9 Agustus 2021   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kumparan

Selama beberapa hari ini Mas Dab ribut bukan kepalang. Dia merasa saya telah menelikungnya atau, lebih tepatnya, ingkar kata. Ya bagaimana lagi, situasi memang tidak memungkinkan. Saya tidak bisa memenuhi segala maunya secepat mungkin atau, bahasa Jawa-nya, sakdhek saknyet.

Suasana hati mas Dab sebenarnya sedang santai. Libur mengajar masih satu minggu lagi. Justru karena santai itu, dia seperti tidak punya kerjaan. Jadinya, dia selalu mengganggu saya lewat telepon atau wa. Ganguan terakhir, Mas Dab telah merekam pendapatnya soal salah satu topik pilihan di Kompasiana, yaitu senioritas.

Berhubung saya sedang mager alias males gerak. Secara ogah-ogahan saya mencari cara mudah untuk menuliskan omongan mas Dab di rekaman. Malas rasanya kalau harus mengetikkan suaranya, apalagi dia sedang pilek. Setelah mencari-cari cara praktis di Youtube, akhirnya ketemu alat mentranskrip rekaman omongan mas Dab.

***
Buat mas Dab, usia memang belum menapaki tahapan lanjut menurut syarat prioritas usia lanjut mendapatkan vaksin. Begitu pula kenyataan masih ada beberapa dosen yang lebih senior di seruangan kantornya. Meski begitu, di usia 'seksi' alias seket luwih sithik (50 lebih sedikit) inidia sering juga dianggap senior.

Begitulah posisi relatif mas Dab sebagai senior. Dia seperti dimanjakan oleh posisi alamiahnya dari segi usia. Akibatnya, godaan menunjukkan senioritas sering menggelegak di dalam sanubari mas Dab.

Istilah senior biasanya merujuk pada usia paling tua dibandingkan warga lain sekantoran atau seruangan. Selain itu, senior juga berarti menjadi orang paling awal menjadi pegawai di seruangan. Mas Dab dan empat orang lainnya diterima bekerja di kantor itu di waktu yang sama. Mas Dab lebih tua lima tahun ketimbang teman-teman lainnya. Mereka adalah kelompok pertama dosen di kantor itu.

Lokasi kesenioran mas Dab hanya satu ruangan jurusan yang didiami maksimal 15 orang. Tidak pernah semua orang berkumpul bersama pada saat yang sama. Banyak alasan menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah melanjutkan studi di kota lain.

Singkat kata, mas Dab amat berhati-hati dengan senioritas. Dia takut dengan sindrom sok tua, merasa paling pintar, apalagi menganggap pikiran plus omongannya paling benar. Apalagi serentetan gelar akademik di namanya makin mengukuhkan kesenioran Dab di antara teman-temannya yang secara umur lebih tua.

Beberapa cara ini dilakukan mas Dab untuk menghindari senioritas.

Pertama, tetap rendah hati dan menghormati senior. Walaupun mas Dab lebih awal menjadi pegawai, dia tetap menaruh hormat kepada orang-orang yang berumur lebih tua di ruangan dan kantor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline