Dukungan China terhadap Palestina dalam berkonflik dengan Israel menjadi salah satu isu menarik dalam upaya perdamaian antara Palestina-Israel. Dalam Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), China sebagai Presiden menegaskan urgensi perundingan perdamaian Palestina-Israel melalui resolusi DK PBB. Namun demikian, upaya damai itu diveto Amerika Serikat (AS) beberapa kali. Akibatnya adalah organisasi internasional itu dianggap tidak mampu mengambil langkah kongkrit bagi perdamaian antara Palestina-Israel.
Dukungan China terhadap kemerdekaan Palestina tampak pada beberapa kesempatan. Pada 2020, Presiden Xi Jinping berbicara secara langsung dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Presiden Jinping menyatakan bahwa China adalah, "teman tulus rakyat Palestina," dan mendukung seruan Palestina untuk negosiasi yang dimediasi internasional dan bersedia mempertimbangkan untuk mengambil bagian di dalamnya.
Selanjutnya, sikap China mendukung Palestina dibuktikan dengan pernyataan Duta Besar China, Zhang Jun, untuk PBB yang secara tegas menentang rencana aneksasi wilayah Tepi Barat oleh Israel.
Dukungan China
Ada tiga alasan yang menjadi pendorong China mendukung kemerdekaan Palestina dan menjadi juru damai bagi konflik Israel-Palestina.
1. Citra Internasional
Upaya China menjadi mediator bagi perdamaian Israel-Palestina bertujuan menaikkan citra internasionalnya. Apalagi dukungan China terhadap Palestina ternyata sekaligus mendapat pengakuan positif dari berbagai negara yang selama ini cenderung menentahg China. Citra internasional ini penting sebagai bukti nyata dari komitmen China terhadap upaya-upaya perdamaian, termasuk antara Palestina-Israel.
2. Persaingan global dengan AS
Inisiatif perundingan damai ini tampaknya menjadi bagian dari persaingan global antara China dengan AS. Bagi China, dukungan terhadap Palestina menjadi upaya diplomasi China dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Posisi China ini sangat paradoks dengan AS sebagai pendukung utama Israel yang mem-veto upaya damai PBB yang diinisiasi China.
3. Menegaskan kepentingan regional China di kawasan Timur Tengah.
Dukungan China terhadap kemerdekaan Palestina dan usulan perundingan damai antara Palestina-Israel merupakan langkah kongkrit China menciptakan perdamaian di Timur Tengah. China ingin menegaskan kepentingannya di kawasan ini tidak sekedar dalam aspek ekonomi, namun juga keterlibatannya dalam upaya-upaya perdamaian regional.
Kebijakan BRI
Jika dirunut ke belakang, ketiga alasan itu sebenarnya berujung pada kebijakan Belt and Road Initiative (BRI). Kebijakan itu menjadi landasan strategis bagi kepentingan China di kawasan Timur Tengah, termasuk dukungan kepada Palestina. BRI merupakan program yang diperkenalkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada 2013 dengan nama One Belt One Road (OBOR). Ini merupakan rencana besar pemerintah Tiongkok untuk menghidupkan kembali kejayaan Jalur Sutra (Silk Road) di abad ke-21.
Sejak diinisiasi pada 2013 lalu, BRI telah meraih beberapa capaian. Pertama, BRI telah menarik minat lebih dari 150 negara untuk bergabung. Negara-negara itu terbentang dari Asia Timur, Eropa, hingga Timur Tengah. Capaian kedua, China mampu konektivitas jalur darat dan laut melalui BRI itu. Konektivitas itu menjadi alat diplomasi tersendiri bagi China ke berbagai negara, khususnya bagi kawasan Timur Tengah dan negara Palestina. Peningkatan kehadiran China di kawasan itu diyakini mendorong diplomasi perdamaian dan dukungannya kepada Palestina.