Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

Meneladani Sifat Artidjo Alkostar, Sang Algojo Koruptor Indonesia

Diperbarui: 2 Maret 2021   01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRK3Qg2nHXIABs9P8njySZgSsRaVMzf3eIWMA&usqp=CAU

Seorang tokoh besar di bidang hukum ---Artidjo Alkostar--- di negeri ini telah menghadap sang pencipta. Artidjo meninggal dunia pada Minggu, 28 Februari 2021 akibat penyakit kanker dan paru-paru. Meninggalnya Artidjo Alkostar merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.    

Profesinya sebagai penegak hukum bergaris lurus sangatlah layak mendapatkan acungan jempol. Kapasitasnya dalam menyelesaikan berbagai perkara atau kasus korupsi dengan cepat, tegas dan berintegritas telah membuat banyak politisi dan koruptor cenderung menghindarinya.

Artidjo bahkan dikenal cenderung memberi vonis lebih berat kepada koruptor. Akibatnya, julukan "Algojo Koruptor" disematkan kepadanya. 

Melihat peran dan sepak terjangnya itu, Artidjo telah secara tidak langsung memberikan keteladanan kepada komunitas hukum dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Dari berbagai sumber, ada beberapa sikap atau sifat Artidjo Alkosar yang dapat kita contoh secara individual atau kolektif. Beberapa di antaranya adalah:

1. pekerja keras. Artidjo dikabarkan sering menolak cuti dan pernah menolak mengambil 9 bulan gaji.

2. sikap dermawan. Artidjo dikatakan pernah menyumbang sembilan bulan gaji untuk pembangunan masjid di Mahkamah Agung.

3. kejujuran. Sebagai hakim di Mahkamah Agung, Artidjo memberikan vonis kepada para koruptor tanpa pernah dikaitkan dengan isu suap terkait perkara yang ditangani.

4. bersahaja. Karena belum mendapat fasilitas kendaraan dinas, Artidjo selalu naik bajaj atau taksi dari rumahnya ke gedung Mahkamah Agung dan sebaliknya. Selain itu, Artidjo terpaksa menyewa rumah di perkampungan di Kramat Kwitang, Jakarta Pusat, di belakang deretan bengkel las karena belum ada fasilitas itu dari kantor.

5. menolak tawaran suap. Artidjo bercerita telah berkali-kali menolak uang suap, bahkan ada yang nilainya unlimited.

Banyak tantangan akan menghadang upaya penerapan aifat dan sikap itu. Namun, Artidjo sendiri telah menunjukkan praktek dari nilai-nilai itu dalam keseharian hidupnya. Kenyataannya adalah bahwa itu semua bukanlah sesuatu yang mustahil dijalankan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline