Lihat ke Halaman Asli

Ludiro Madu

TERVERIFIKASI

Dosen

Gara-gara Moeldoko, Ngopi-ngopi Dicurigai Mau Kudeta

Diperbarui: 7 Februari 2021   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Via inews.co.idi/moeldoko_ig.

Ini bukan ngopi biasa di antara saya dan teman-teman dosen yang ngobrol soal politik nasional. Bukan cuma ngopi-ngopi di antara mahasiswa-mahasiswa saya yang membicarakan soal kegiatan webinar mau mengundang AHY sebagai generasi muda yang memimpin Partai Demokrat. 

Bukan pula ngopi-ngopi antar-sesama Kompasianer yang merencanakan Kompasianival 2021 yang mau minta Moeldoko dan AHY jadi narasumber. Siapa tahu grup Kompasianer bisa jadi kelompok sukarelawan pendukung capres 2024:)

Bukan itu semua. Ngopi-ngopi ini antara seorang Moeldoko dengan para anggota senior Partai Demokrat. Gara-gara ngopi itu, Moeldoko (Kepala Kantor Staf Kepresidenan/KSP) dicurigai oleh Ketua Umum Partai Demokrat AHY mau melakukan kudeta. 

Moeldoko dan orang-orang yang ditemuinya dikhawatirkan sedang menyusun sebuah konspirasi dengan orang dalam untuk mengganti kepemimpinan AHY. Kabarnya, ada sekurangnya empat faksi di dalam PD yang sedang berlomba memperebutkan kursi Ketua Umum PD.

Kembali ke soal ngopi-ngopi itu. Kepala KSP Moeldoko pun menanggapi isu 'kudeta' itu sembari berbicara soal ngopi-ngopi. Bahkan sampai dua kali ngopi-ngopi.

Dua kali ngopi-ngopi
1. Kamis (4/2/2021), di akun Facebook-nya yang bercentang biru, Kamis (4/2), Moeldoko mengunggah foto sedang ngopi. Caption-nya, "Aku ngopi-ngopi kenapa ada yang grogi."

2. Sabtu (6/2/2021), di akun instagram resmi-nya, @dr_moeldoko, Moeldoko  menayangkan foto sedang memegang cangkir dengan keterangan sedang ngopi. Di foto itu, Moeldoko mengenakan baju putih dan jaket biru. "Aku nambah kopi ada yang semakin grogi," demikian tulisan di foto tersebut.

Selanjutnya, Moeldoko menceritakan suasana ngopi-ngopinya yang meriah. Ngopi adalah bagian dari interaksi sosial bahkan di antara dengan partai politik berbeda. Tidak pantas jika seseorang langsung pergi seusai menghabiskan secangkir kopi. Terlebih, saat ada rekan yang bergabung untuk ngopi.

Gothca! Begitu mungkin yang ada di pikiran Moeldoko. Umpan masuk. Sebaliknya, pihak AHY juga bisa berpikir sama. Ada alasan politis dengan dampak besar, yaitu 'menggigit' Moeldoko dengan sakit yang dirasakan Presiden Jokowi. 

Yang terakhir ini tampaknya gagal. Jokowi cuek tidak menanggapi Surat AHY. Jokowi tetap fokus dengan Covid-19, program vaksinasi, dan dampak ekonomi-nya. Jokowi juga tetap 'menikmati' stabilitas politik sebagai hasil dari reshuffle kabinet di akhir Desember 2020 lalu.

Sementara itu, Moeldoko menyinggung orang yang melarang minum kopi. Dia malahan menilai orang itu membutuhkan kopi. Katanya, "Kalau kamu dengar ada yang melarang, agaknya kamu benar-benar butuh kopi. Konon kata ahli 'Kopi bisa mencegah gangguan pendengaran'," ucapnya. Mungkin ini kode lunak bahwa Moeldoko mengajak AHY ngopi-ngopi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline