Masih 3 jam menuju batas pergantian hari. Badan terasa capai, tapi tak bisa tidur. Lagipula, rasanya tidak tega melewatkan hari ini tanpa menulis diary kuliah di hari kedua.
Diary atau catatan kuliah di hari ke-2 ini masih mengandalkan ide dari topik pilihan Kompasiana. Topik vaksinasi akan dibahas dan dikaitkan dengan konsep-konsep dalam studi atau ilmu Hubungan Internasional (HI).
Baiklah, pertanyaan ini merupakan pemicu untuk menata berbagai informasi sebagai jawabannya. Pertanyaannya: Bagaimana pendekatan realisme menjelaskan pengaruh Covid-19 terhadap dinamika hubungan internasional?
Persebaran global Covid-19 telah melampaui 200 negara di dunia. Jumlah ini melebihi anggota PBB yang tercatat 188 negara. Reaksi paling menonjol tidak pada organisasi internasional seperti PBB atau WHO, namun negara sebagai entitas politik yang memiliki penduduk dan wilayah tertentu. Kedua unsur itu paling tidak menjadi prasyarat utama berdirinya negara hingga saat ini.
Sejak Maret 2020, negara mengambil peran besar dan strategis demi melindungi warga negaranya dari ancaman pandemi Covid-19. Negara menutup pintu perbatasan internasional (lockdown), melarang orang asing memasuki wilayahnya dan warganya ke luar negeri, hingga pengembangan, penemuan vaksin, dan melakukan vaksinasi kepada warganegara-nya sendiri.
Sebelum menjelaskan lebih lanjut kebijakan negara dalam rangka melindungi warganegaranya dari pandemi Covid-19, kita bahas dulu pendekatan realisme secara singkat.
Pendekatan Realisme
Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan mainstream bersama dengan liberalisme dan konstruktivisme dalam Ilmu Hubungan Internasional. Posisi realisme teramat sakral. Selama lebih dari 5 dekade pendekatan ini begitu dominan dalam manfaatnya menjelaskan berbagai fenomena perilaku aktor negara dalam hubungan antar-negara
Pendekatan ini memiliki pandangan, yaitu 1. pesimis terhadap sifat manusia; 2. hubungan internasional pada dasarnya konfliktual dan bahwa konflik internasional pada akhirnya diselesaikan melalui perang; 3. lebih mengutamakan keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara; 4. skeptis terhadap kemajuan dalam politik internasional, seperti yang terjadi di dalam politik domestik.
Bagi realisme, hubungan internasional antar negara merupakan hubungan yang antagonistik dan konfliktual yang disebabkan oleh struktur anarkis dalam sistem internasional. Anarki muncul karena tidak ada kekuasaan yang berlebihan di atas negara lain dan negara memegang kedaulatan mutlak.
Penjelasan itu mengingatkan pada pandangan Thomas Hobbes yang menggambarkan manusia sebagai serigala bagi serigala yang lain. Oleh karena itu, manusia cenderung berkonflik untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri.
Tindakan negara dapat dikatakan mencerminkan tindakan manusia. Suatu negara harus bersaing dengan negara lain dalam mempertahankan dan meningkatkan kekuatan. Jika diperlukan, negara melakukan penjajahan atas negara lain untuk mendominasi politik internasional.