Lihat ke Halaman Asli

Anak Buruh

Anak anak pinggir

Memahami Masa Depan dari Uang Jajan

Diperbarui: 8 Januari 2018   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berbicara soal perencanaan keuangan untuk masa depan yang lebih baik tentu tidak pantas bagi saya, karena saya belum berpengalaman ditambah saya seorang anak buruh tani yang tidak punya uang, kecuali untuk makan. Tidak cukup punya uang, apa yang akan direncanakan dengan uang? Mungkin itu masalah saya dan mungkin juga masalah anak muda kebanyakan.

Saya masih terngiang suara lembut bu guru “rajin menabung” untuk masa depan. Menabung adalah salah satu cara terbaik bagi saya. Dengan mengumpulkan uang sisa Jajan sedikit demi sedikit, cukup Rp 1000 per hari, sebulan sudah dapat Rp 30.000,- . Untuk kategori anak SMK, cara itu mungkin masih relevan untuk merencanakan uang kedepannya.

Lalu bagaimana dengan uang Rp 30.000? apakah saya terus menabung? Iya, saya terus menabung. Uang Rp 30.000 saya ambil buat usaha sementara uang Rp 1000 per hari masih tetap ditabung. Mungkin anda akan bertanya tanya, usaha apa dengan modal Rp 30.000? apa ada? Tentu ada dan banyak. Hanya saja skala usahanya saja yang beda.

Saya usaha telur asin dengan modal Rp 30.000. Uang tersebut hanya cukup untuk 20 butir telur bebek dan sisanya adalah untuk garam, amplas dan pasltik. Mungkin saya tidak akan menceritakan bagaimana cara membuatnya, tetapi bagaimana usaha tersebut bisa menjadi dua kali lipat dari modal, bahkan lebih.

20 butir telur bebek mentah setelah jadi telur asin harganya menjadi Rp 3.000. Kalau tidak percaya tanya saja pada pengusaha telur asin apa warung makan. Dengan begitu, saya mendapat Rp 60.000. Volumenya terus saya tambah hingga pada beberapa bulan saya mendapatkan uang Rp 700.000,-. Disitu saya berpikir, untuk apa lagi?

Usaha telur asin mulai susah, susah mencari telurnya karena tidak punya bebek sendiri.  Akhirnya saya belikan anak kambing betina umur 5 bulan. Saya beli dari tetangga, lalu saya titipkan sampai saya lulus smk. Kira kira selama 1,8 tahun dan saya sudah punya kambing 2. Saya jual lagi kambing untuk beli sebuah laptop.

Lalu apakan laptop tersebut selain mengerjakan tugas akademik? Nonton film, internet, game? Saya kurang tertarik. Saya pernah mengutip tulusan di sebuah buku, tetapi saya lupa nama buku tersebut. Saya yakin pengarangnya tidak akan kecewa karena dilupakan, tetapi dia akan bahagia karena isinya dibaca dan diterapkan, iya nggak?

Isi buku tersebut sangat menonjolkan bahwa “menulis adalah investasi” . Dengan laptop yang saya beli saya menulis dengan sesuka hati, kemudian saya publish di sebuah blog pribadi dari penyedia platform blog gretongan. Kebetulan saya suka menulis tentang pertanian dan peternakan tentu isinya cuma tentang hal tersebut.

3 bulan lamanya menulis, pengunjung blog udah ribuan. Gak nyangka, banyak pula yang berkomentar. Ternyata benar, menulis adalah investasi. Semakin banyak pembaca adalah peluang usaha, bisa untuk usaha dan kampanye, hehe. Akhirnya blog tersebut saya pasang iklan dengan penghasilan Rp 300.000- Rp 500.000,- dan terus bertambah.

Mungkin saya gagal paham mengenai perencanaan keuangan, namun itu yang saya lakukan. Sebaik baiknya perencanaan keuangan adalah menggunakan uang tersebut dengan baik dan bijak, tidak peduli itu bisnis atau investasi, yang penting bisa menunjang kehidupan banyak orang. Apalagi kita yang masih muda menggunakan uang untuk usaha kreatif adalah keharusan kalau mau sukses. Kalau tidak ya ga papa.

Jika hanya dapat modal materi banyak (uang), kita bisa melakukannya asalkan kita rajin bekerja dan mengumpulkannya.  Namun, modal non materi tidak bisa kita temukan, karena modal non materi seperti tanggung jawab, kreatifitas dan dapat dipercaya adalah karena kita bentuk jauh jauh hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline