Lihat ke Halaman Asli

Ketika Tak Paham Maksud Tuhan, Aku Pilih "Percaya"

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedetik yang lalu ntah nafas ke berapa trilyun ku, pun berlalu. Tak bisa di kendalikan ketika waktu ingin ku abadikan, atau sama dengan mati. Datang dan pergi itu keniscayaan, mengingat dan melupakan semua hanya masalah waktu.Harapan orang tua tercinta kepada tiap anaknya adalah menjadi pribadi super yang serba unggul, atau semua yang "ter" positif, pun ketika nanti masa ku menjadi ibu, sungguh aku tak sabar menyandang predikat itu.

Bahagia adalah tujuan tiap manusia, kesempurnaan yang di inginkan mati2an di perjuangkan demi pencapaian kalimat yang bertuliskan "bahagia", tak bedanya dengan ku. Kebahagiaan bukan di cari melainkan di ciptakan, bagaimana di tiap situasi kita adalah penentu kebahagiaan mutlak, jadi buatku mengeluh itu haram. Merasakan proses di tiap perjalanan hidup tak selamanya mulus seperti kulit bintang iklan hand and body lotion, kita semua pasti punya noda ntah bersifat permanen atau hanya sementara tapi aku percaya singa sekalipun punya sisi cantiknya.

Tentang cinta sama sekali tak berkamus lengkap, aku bukan pelaku cinta yang baik hanya berusaha menjadi pribadi mudah di cintai (mimpi boleh lah.....), berkekasih tak juga pandai, hanya ingin punya banyak kekasih tapi yang terkasih tetap satu, ingin ku. merumuskan cinta sederhana, aku melihat ayam saja tak banyak celoteh dan alasan mereka berkembang biak, bukan juga menyamakan dengan hewan hanya menurutku cinta tak ada alasan dan pertanyaan, "kenapa kamu mencintaiku????" , cinta yaa cinta .....ketika kau bisa menjawab itu bukan cinta.

Tuhan seringkali berbicara kepada kita dengan caraNya, aku bukan orang yang bilang ketika masalah datang itu adalah ujian, sombong smenurutku ,loh kok ?? yaaahhh... orang di uji adalah mereka yang pantas untuk dinaikan derajatnya di hadapan Tuhan, jika kita menjalani hidup belum sesuai apa yang di inginkan Tuhan kenapa harus naik kelas???.  Masalah adalah teguran, bukan ujian jika kita sadar maka sebaiknya segera puter arah, tapi jika meratapi dan hanya sabar saja maka hasil mu NOL, ini sulit tapi yang penting nulis dulu lah prakteknya kapan- kapan heheheheh....

Sering sekali kita mendapati orang yang bertanya "Ya Tuhan apa salah ku hingga kau beri cobaan seberat ini???", pertanyaan terbodoh dan sekaligus tersombong , tak sadar jika kita adalah orang sombong kan??,merasa diri paling benar dan tak pantasnya Tuhan menegur, aku sangat menghindari itu, dan berusaha berbicara " aku pantas mendapatkan ini Robb, bantu hamba memperbaiki nya".

Malam minggu kosong agenda, akupun keluar ke kedai coffe dekat kost ku, seharian hanya bermalas malasan di kamar, memutar hampir sepuluh film (DVD) drama yang berkisah keseharian. Sendiri itu asyik, adakalanya. Berteman Laptop andalan dan membuka link , maka  malam minggu akan lewat dengan sendirinya, lalu kenapa harus risau jika tak berkawan?

Luapan emosi seringkali menjadi kita terlihat bodoh, jika senyum masih bisa mengembang kenapaa harus ada kalimat keramat.....!!!! lalalallalalala....

Untuk yang terkasih, aku mencintaimu seperti pencandu yang cinta shabu, rinduku bagai maling yang menanti datang nya malam, Coz U are Amazing... "Rahasia Tuhan untukku"

22.24 Pas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline