Yogyakarta merupakan kota yang biasa dikatakan istimewa oleh beberapa kalangangan, baik itu karena suasana, makanan, bangunan bersejarah, keindahan alam ataupun orang-orangnya.
Bahkan yogyakarta mendapatkan berbagai julukan karena keistimewaannya antara lain kota yang dijuluki kota gudeg karena lezatnya makanan khas daerah berupa gudeg, kota seni budaya karena kentalnya kebudayaan mataram kuno yang masih mendarah daging di masyarakatnya kota batik karena banyak sekali motif batik yang berasal dari yogyakarta, kota wisata kerena pesona pariwisatanya dari kemegahan gunung merapi hingga kesejukan pantai selatan, kota pelajar karena banyaknya orang perantauan yang rela pergi jauh dari kempung halaman untuk menuntut ilmu di yogyakarta.
Namun keindahan dan pesona yogyakarta akhir-akhir ini tertutupi oleh gundukan sampah yang tidak terawat dan terurus beberapa saat lalu.
Pemandangan memprihatinkan terlihat di sudut-sudut jalanan dan Tempat Pembuangan Sampah Sementara. Pemandangan ini terlihat pada akhir-akhir ini lebih tepatnya akhir bulan maret 2019. Fenomena ini terjadi karena Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan ditutup selama 1 minggu.
Penutupan TPST piyungan dilakukan karena penuhnya kapasitas untuk menampung sampah. Penutupan selama 1 minggu saja sudah dapat berdampak di 3 kabupaten yaitu kabupaten sleman, kabupaten bantu, dan kota yogyakarta.
Dampak yang begitu besar ini dapat terjadi karena banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan oleh tiap orang dalam 1 harinya. Khususnya untuk kota yogyakarta, kabupaten sleman, dan kabupaten bantul dapat menghasilkan 1683 ton per harinya.
Sampah yang tertimbun di pinggir jalan dan sudut sudut tempat pembuangan sementara tidak hanya kurang enak dipandang namun juga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengganggu aktivitas yang berlangsung di jalan.
Sampah yang tidak diolah dengan baik dapat merugikan masyarakat dan mencemari nama baik kota yogyakarta. Ironisnya kota yogyakarta sempat meraih penghargaan adipura terakhir kali pada tahun 2017. Dalam kurun waktu yang sangat singkat penghargaan tersebut tidak dapat diraih lagi oleh kota yogyakarta karena buruknya penanganan sampah di TPST Piyungan yang masih bersifat open dumping.
Data menunjukkan jika dari tahun 2009 sampai 2014 jumlah sampah yang disalurkan ke TPST Piyungan meningkat jumlahnya dengan penyumbang sampah terbesar yaitu kota Yogyakarta.
Jika hal ini terus-menerus dilanjutkan maka dapat menimbulkan efek bola salju yang tidak dapat diremehkan oleh warga dan pemerintah daerah.
Kota yogyakarta yang teristimewa ditakutkan akan tertimbun oleh gunungan sampah yang tidak diolah dengan benar serta kurangnya kepedulian masyarakat mengenai jumlah sampah yang dibuang tiap harinya.