Lihat ke Halaman Asli

LUCKY NUGROHO

Dosen Universitas Mercu Buana

Ketahanan Digital Indonesia: Membangun Pusat Data yang Aman di Tengah Ancaman Siber Global

Diperbarui: 30 September 2024   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dalam era digital yang terus berkembang, pusat data atau data center telah menjadi infrastruktur yang sangat penting bagi berbagai aktivitas, mulai dari komputasi awan (cloud computing), aplikasi kecerdasan buatan (artificial intelligence-AI), hingga operasi pemerintahan dan transaksi keuangan. Permintaan akan kapasitas pusat data meningkat pesat di seluruh dunia, didorong oleh ekspansi teknologi generatif AI seperti ChatGPT, Midjourney, dan Bard, yang membutuhkan daya komputasi yang sangat besar. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pusat data, keamanan siber yang kuat juga menjadi semakin penting untuk melindungi sumber daya vital ini.

Persaingan Global dalam Pembangunan Pusat Data

Saat ini, Northern Virginia di Amerika Serikat memiliki kapasitas pusat data terbesar di dunia, melebihi kota-kota besar seperti Beijing, London, dan Singapura. Wilayah ini, khususnya di Loudoun dan Prince William, menjadi pusat data utama karena beberapa alasan, seperti adanya insentif pajak, jaringan internet yang cepat, dan infrastruktur yang mendukung operasional server farm besar. 

Server farm adalah tempat di mana banyak server komputer ditempatkan bersama untuk menangani beban kerja komputasi yang besar, seperti menyimpan dan memproses data dari internet. Di kawasan Asia-Pasifik, Jepang sedang berusaha meningkatkan kapasitas pusat datanya. Negara ini menarik investasi besar dari perusahaan seperti TSMC dan Nvidia, yang berencana membangun pabrik chip dan infrastruktur teknologi lainnya. Beijing juga sedang memperluas pusat datanya, tetapi ketegangan politik dengan Amerika Serikat menjadi tantangan tersendiri bagi Tiongkok. 

Sementara itu, kota seperti Singapura dan Tokyo memiliki masalah yang berbeda. Meskipun kapasitas pusat data mereka besar, permintaan yang tinggi membuat tingkat kekosongan kapasitas sangat rendah. Artinya, hampir semua ruang di pusat data tersebut sudah digunakan, sehingga perlu ada pengembangan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Oleh karenanya, meskipun banyak negara berlomba-lomba membangun pusat data, masing-masing menghadapi tantangan tersendiri, baik itu terkait politik, infrastruktur, dan sebagainya.

Kerentanan Pusat Data di Indonesia

Di saat negara-negara besar berlomba untuk membangun dan memperluas pusat data mereka, Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengamankan infrastruktur digitalnya. Insiden-insiden terbaru menunjukkan rentannya pusat data di Indonesia terhadap serangan siber. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melaporkan adanya serangan ransomware pada Pusat Data Nasional (PDN) sementara di Surabaya. 

Serangan ini melibatkan varian ransomware LockBit 3.0 yang telah bermutasi, yang mengkompromikan data penting dan menunjukkan kelemahan dalam kerangka keamanan yang ada saat ini. Ini bukanlah kejadian yang terisolasi. Sebelumnya, Bank Syariah Indonesia (BSI) juga menjadi target serangan dari kelompok LockBit Ransomware, yang menunjukkan bahwa risiko sistemik terhadap institusi-institusi di Indonesia sangat nyata. Serangan-serangan ini tidak hanya mengganggu operasional bisnis dan pemerintahan, tetapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap ekonomi digital.

Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengungkapkan bahwa serangan siber terhadap PDN sementara di Surabaya menunjukkan kemiripan dengan serangan yang sebelumnya menyasar BSI, meskipun terdapat perbedaan pada varian ransomware yang digunakan. Serangan ini, yang memanfaatkan varian baru ransomware hasil mutasi dari LockBit 3.0, membuat data penting terancam dan menyulitkan proses pemulihan. Hingga kini, proses investigasi forensik digital masih berlangsung, dengan Kemenkominfo berkoordinasi dengan berbagai organisasi dalam dan luar negeri untuk menangani insiden ini.

Tantangan Keamanan Pusat Data di Indonesia

Pusat data merupakan jantung dari infrastruktur digital modern, yang tidak hanya menyimpan data tetapi juga mendukung berbagai layanan yang kritis bagi operasional bisnis dan pemerintahan. Dengan demikian, serangan terhadap pusat data dapat berdampak luas, mulai dari gangguan operasional hingga kerugian ekonomi yang signifikan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya standar keamanan siber di berbagai pusat data. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline