Lihat ke Halaman Asli

2014, Radiasi Nuklir Fukushima Akan Capai Amerika

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fukushima – Kebocoran radioaktif yang terjadi akibat gempa dan tsunami yang melanda Fukushima di tahun 2011 lalu tampaknya memiliki dampak yang semakin sulit dikendalikan. Setelah dilaporkan mengalami kenaikan tingkat radiasi hingga 18 kali, kini para ahli nuklir memperkirakan radiasi ini akan mencapai perairan Amerika Serikat pada 2014 mendatang.

“Dampak lngkungan bisa saja lebih buruk lagi,” ujar Vincent Rossi, ahli oseanografi dari  Institute for Cross-Disciplinary Physics and Complex Systems Spanyol, seperti dikutip dari laman Live Science, Jumat, 30 Agustus 2013.

Perkiraan ini didasari atas pengamatan pada gumpalan radioaktif cesium-137 di Samudera Pasifik. Gumpalan ini akan mencapai Amerika pada awal 2014 nanti dan puncaknya akan terjadi pada 2016. Untungnya, dua arus lepas pantai timur Jepang, yakni Arus Kuroshio dan Ekstensi Kuroshio akan mencairkan radioaktif ini sehingga radioaktif tersebut tidak mencapai tingkat berbahaya WHO, seperti yang terjadi saat empat bulan pasca-insiden. Kala itu, radiasi atmosfer bisa mencapai Pantai Barat AS.

Penyebaran limbah nuklir berasal dari tiga sumber, yakni partikel radioaktif yang jatuh dari atmosfer ke laut, partikel radioaktif di air yang terkontaminasi langsung dari instalansi pembangkit nuklir, dan air yang terkontaminasi oleh tanah yang tercemar partikel ini.

Dalam penelitiannya yang juga dibantu oleh Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas New South Wales, Australia, Rossi melakukan simulasi penyebaran radioaktif dengan berfokus pada penyebaran menuju AS.

Namun demikian, menurut simulasi Rossi, sekitar 25 persen radioaktif Fukushima juga akan menuju Samudera Hindia dan Pasifik selatan selama dua atau tiga dekade ke depan.

Selain menunjukkan simulasi terhadap jalur pencemaran radioakif Fukushima, pemodelan ini juga membantu para peneliti untuk lebih memahami bagaimana arus samudera beredar di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline