Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Banyumasan, Bahasa Sejuta Keunikan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah anda mendengar parodi Samidi?. Ya, parodi yang dibawakan oleh Pak Samidi dari Cilacap ini memang sempat mengebohkan jagad per-radio-an beberapa tahun silam, bahkan hingga kini orang tak bosan-bosan mendengarkan banyolan khas Pak Samidi yang sangat mengocok perut tersebut. Parodi tersebut berisi kisah-kisah yang lucu khas masyarakat desa dengan segala kelucuanya. Kelucuan semakin bertambah karena dibawakan dengan menggunakan Bahasa Banyumasan atau lebih terkenal dengan Bahasa Ngapak.

Bahasa Banyumasan atau Bahasa Ngapak sebenarnya tidak hanya dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah saja. Bahasa Jawa Banyumasan ini pun menjadi bahasa ibu di seluruh wilayah Jawa Tengah bagian barat yang meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen (biasa disingkat Barlingmascakep). Selain itu daerah pantura seperti Tegal, Slawi dan Pemalang pun menggunakan bahasa ini sebagai bahasa keseharian mereka.

Meskipun Bahasa Banyumasan ini terbatas hanya dituturkan oleh masyarakat di Jawa Tengah bagian barat, bahasa banyumasan ternyata memiliki karakteristik berbeda-beda dari masing daerah. Tiap-tiap daerah memiliki aksen yang berbeda-beda. Taruh contoh masyarakat di dareah Tegal, berdasarkan pengamatan saya pribadi Tegal memiliki karakteristik yang lebih cepat pengucapannya, hal ini berbeda dengan daerah saya di Cilacap yang menurut saya aksennya lebih lambat dalam hal pengucapannya serta ada pemanjangan pada beberapa suku kata. Di Cilacap Barat akibat pengaruh bahasa Sunda, menjadikan bahasa banyumasan di daerah tersebut memiliki beberapa perbedaan dengan dareah Cilacap yang lain. Beberapa daerah bahkan memiliki perbedaan istilah untuk benda atau kata tertentu. Misalnya masyarakat di Purbalingga dan Banjarnegara menyebut Singkong dengan istilah "Boled" , sedangkan Cilacap menyebut singkong dengan istilah "Budin". Unik bukan?

Menurut saya pribadi, Bahasa Banyumasan merupakan bahasa yang sangat lengkap kosakatanya. Misalnya kata "jatuh" dalam bahasa Indonesia bila diubah menjadi Bahasa banyumasan menjadi "Tiba", "Gigal", "Rogol" tergantung dari konteks kalimat. Kata "Terjatuh" bisa berarti "Tiba", "Keplarak", "Kepengkok, atau "Kejlungup", dan pemilihan kata tersebut sangat tergantung dari konteks kalimat dan penyebab dari jatuh itu sendiri. Kata "Keplarak" misalnya digunakan untuk menyebut terpelesat dan terjatuh. Kata "Kejlungup" diartikan terjatuh dengan posisi kepala terlebih dahulu ke dalam sebuah lubang (sumur misalnya). Beberapa istilah sulit untuk dicari padanan kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Pernah saat SMP dulu saya diminta mengartikan kalimat "Ana Kucing mati kunduran mobil." kata Kunduran agak sulit dicari istilah yang sama pada Bahasa Indonesia, Kata Kunduran berarti ada sesuatu (bisa mobil) yang berjalan mundur kemudian menabrak kucing tersebut hingga mati.

Bahasa banyumasan memang memiliki sejuta keunikan, namun Bahasa banyumasan sedikit-demi sedikit mulai ditinggalkan oleh penuturnya, terutama generasi muda. Beberapa teman mengatakan malu menggunakan Bahasa ibu mereka sendiri dalam pergaulan. Ada kejadian unik saat teman-teman mendaftar di Perguruan Tinggi, kami menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan teman-teman kampus yang notabene berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Meskipun kami sudah menggunakan bahasa Indonesia, tapi mereka tetap saja dapat menebak bahwa kami adalah orang Banyumasan dari logat bahasa kita yang unik. hehehe. Anak-anak di Desa saya pun, sedikit banyak mulai menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian mereka. Bukan saya bermaksud menolak penggunaan bahasa Indonesia, bukan sama sekali. Hanya sayang saja anak-anak kecil itu mungkin akan lupa dengan bahasa daerah mereka sendiri.

Takut akan semakin hilangnya Bahasa banyumasan, beberapa orang mulai menggiatkan penggunaan bahasa Banyumasan. Untuk menjaga bahasa banyumasan, kini bahasa banyumasan banyak menghiasi kaos-kaos souvenir khas daerah banyumasan dan banyak pula komunitas pengguna bahasa banyumasan atau biasa disebut "Ngapakers" atau "Ngapak Mania" yang biasanya didirikan oleh Mahasiswa dari daerah Banyumasan. Bahkan kini ada lho jejaring sosial dengan menggunakan bahasa banyumasan. Semua itu dilakukan agar generasi muda senantiasa ingat dan menuturkan bahasa banyumasan, bahasa ibu mereka yang telah ada beratus-ratus tahun.

Saya pernah membaca, bahwa setiap tahun adan 7 bahasa di dunia yang hilang, dan tentu saja saya berharap bahasa banyumasan ini tidak masuk dalam daftar 7 bahasa tiap tahun tersebut. Kita mungkin akan merasa kehilangan saat bahasa yang unik ini benar-benar tidak ada lagi penuturnya atau bahkan sudah di klaim oleh negara lain sebagai budaya mereka sendiri. Ya, semoga tidak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline