Fenomena eksis dan narsis di media sosial (medsos) dewasa ini menjadi hal yang biasa kita jumpai dalam setiap aktivitas. Zaman telah berganti, orang tidak hanya aktif di dunia nyata tetapi juga di dunia maya. Medsos memang seperti sebilah pisau yang bisa merusak pemikiran dan disisi lain memperbaiki kondisi seseorang. Melalui medsos segala keburukan akan ditampilkan tanpa ada sekat yang membatasi. Pun begitu juga dengan kebaikan, bisa disebarluaskan dengan bebas.
Ada yang menarik dari medsos ini, yaitu fenomena upload foto dan video. Upload foto maupun video di medsos adalah hal yang nyaris selalu dilakukan oleh penggunanya. Banyak berbagai pendapat yang berseliweran tentang hal ini. Jika foto atau video yang diupload adalah keburukan seperti kekerasan dan pornografi jelas tidak dibenarkan. Karena menimbulkan dampak negatif bagi yang melihatnya, apalagi anak-anak yang masih jernih pikirannya dapat tercemar oleh hal itu.
Upload foto dan video di suatu tempat yang bagus atau momen-momen kebahagiaan tertentu terkadang menimbulkan decak kagum dari para follower. Namun yang sangat disayangkan adalah saat ada yang menghakimi orang yang mengupload tersebut dengan sebutan riya' ataupun 'ujub. Pertikaian seperti inilah yang merusak hubungan silaturahmi dunia maya yang sering berdampak pada dunia nyata.
Untuk urusan hukum mengupload foto dan video beserta rinciannya biarlah ahlinya yang akan memaparkan. Dalam pembahasan kali ini hanya fokus pada perkara hati, yakni riya' dan hasad.
Riya' secara bahasa berasal dari kata raa'a- yuraa'i yang berarti melakukan sesuatu agar orang lain bisa melihatnya, kemudian memujinya. Riya' ini merupakan syirik kecil yang telah diingatkan oleh Rasulullah sebagai hal yang harus dihindari. Orang yang riya' melakukan suatu ibadah bukan untuk Allah.
Riya' memang sangat berbahaya hatta ia seorang ahli ibadah. Karena dalam sebuah hadits shahih diceritakan ada tiga orang yang pertama diadili pada hari kiamat. Pertama yaitu orang yang mati syahid. Allah tanya apa saja yang telah ia lakukan dengan nikmat-Nya. Kemudian dia menjawab bahwa dirinya berperang semata-mata karena Allah. Namun Allah lebih tahu isi hatinya yang dusta itu.
Allah lemparkan dia ke neraka sebab ia mati syahid hanya ingin disebut bahwa dirinya adalah syuhada. Oleh karena itu hendaklah kita berhati-hati terhadap hal ini. Dalam kehidupan saat ini, berhati-hatilah jika ada sebuah perkataan seperti, "Saudara, renungkan dan rencanakan sesuatu hal yang akan Anda lakukan dalam hidup ini. Agar nanti ketika Anda mati orang-orang akan menyebut Anda bahwa dulu di daerah ini pernah hidup seseorang yang bernama fulan." Hati-hati terhadap kalimat ini karena sudah mengarah kepada hadits yang saya sebutkan.
Orang yang kedua yaitu orang yang ahli alquran. Ia menuntut ilmu, mengajarkan dan membaca alquran. Namun lagi-lagi Allah Maha tahu isi hati seorang hamba. Ternyata dia melakukan itu semua hanya karena ingin disebut-sebut oleh orang lain. Maka Allah lemparkan ia ke neraka.
Orang yang ketiga yaitu orang yang berinfaq di jalan Allah namun supaya disebut-sebut sebagai seorang yang dermawan. Allah lemparkan ia pula ke neraka. Begitulah kisah tragis orang yang beribadah namun dengan hati yang tidak ikhlas karena Allah. Semoga Allah jauhkan kita dari hal-hal tersebut. Salah satu tipsnya yaitu ada pada doa yang kita ucapkan saat berdzikir pagi dan petang,
Allaahumma Innaa Na'udzu bika min an Nusyrika bika wa Anaa A'lamuhuu wa Nastaghfiruka Limaa Laa A'lamuhu
"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan kami memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad IV/403 dari Abu Musa al Asy'ari)