Salah satu tokoh yang disebut revolusi kognitifisme, eksistensinya bidang pendidikan yang telah memiliki pengaruh besar dalam proses pembelajaran adalah Jerome Bruner. Jerome Bruner lahir pada 1 oktober 1915 merupakan salah satu tokoh yang terkenal dan berpengaruh dalam bidang psikolog terbaik pada abad 20. Buku-bukunya Proses Pendidikan dan Menuju Teori Instruksi telah banyak dibaca dan menjadi diakui sebagai klasik, dan karyanya pada program studi sosial Man: A Course of Study (MacOS) pada pertengahan 1960-an adalah salah satu bangunan di pengembangan kurikulum. Lebih baru Bruner telah datang untuk bersikap kritis terhadap 'revolusi kognitif' dan telah melihat ke gedung sebuah psikologi memperhitungkan budaya yang tepat dari konteks historis dan sosial peserta.
Jerome S. Bruner (1966) merupakan seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Jerome Bruner mengakui bahwa balajar adalah untuk proses mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Sebagai tokoh kognitivisme belajar bukanlah hanya pembentukan tingkah laku tetap merupakan fungsi pengalaman-pengalaman perceptual dan proses kognitif yang mencakup ingatan, retensi, lupa, pengolahan informasi, dan sebagainya. Dari penyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatu kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan, seperti yang kita ketahui bahwa sepanjang hidupnya manusia tidak akan pernah berhenti belajar, setiap menghadapi situasi baru, ia selalu mempelajarinya dan mengambil langkah yang tepat terhadap situasi yang sedang dihadapinya.
Jerome bruner adalah seorang penganut kognitivisme banyak penelitiannya tentang persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Jerome bruner berpendapat bahwa memperlajari manusia berarti manusia adalah sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi. Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.Dari sekian karyanya jerome bruner tentang the proses of education yang diterbitkan pada tahun 1960, merupakan rangkuman dari hasil konperensi woods hole yang diadakan pada tahun1959, suatu konperensi yang membawa banyak pengaruh pada pendidikan umumnya, pengajaran sains khususnya. Jerome S. Bruner adalah ahli psikologi perkembangan yang memiliki perhatian terhadap kemajuan pendidikan, 4 tema pendidikan yang selalu Jerome Bruner sorot demi pengembangan peserta didik sebagai berikut:
1. Struktur pengetahuan, Struktur pengetahuan dipandang penting bagi peserta didik karena akan memberi dorongan untuk melihat fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan dapat dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dan pada informasi yang telah dimilikinya.
2. Kesiapan (readiness) untuk belajar, Kesiapan belajar juga sangat urgen dalam pendidikan, kesiapan belajar terdiri dari penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi lagi.
3. Nilai Intuisi dalam Belajar, Nilai intuisi diharapkan akan dapat merumuskan teknik-teknik intelektual (belajar) untuk sampai pada formulasi-formulasi tentative tanpa melalui langkah-langkah analisis untuk mengetahui apakah fomulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang benar.
Banyak ahli psikologi dengan segala aliran dari masa ke masa selalu merumuskan konsep-konsep tentang belajar. Kemudian tiap aliran atau pandangan mempunyai definisi model dan konsep belajar yang berbeda. Namun sebelum sampai pada pemahaman tentang teorinya, yaitu belajar penemuan (discovery learning), kita perlu menelusuri arti penemuan (discovery). Walaupun orang dapat mengatakan bahwa balajar berarti menghasilkan suatu penemuan, kita akan memperoleh arti khusus belajar dari konsep yang diajukan Bruner. Sebagai mana tokoh terdahulunya Ahli psikologi kognitif lain seperti Piaget menyarankan bahwa anak-anak sebaiknya.diberi peran aktivitas kognitif di kelas agar dapat menyokong belajarnya dalam memperoleh "penemuan"Banyak ahli menganggap Dewey (1933) seorang pelopor aliran behavioristik mempunyai banyak andil dalam menegakkan konsep discovery learning. Dengan "learning by doing"nya, Dewey mempraktikkan analisisnya tentang "the complete art of reflective" sebab ia membuat garis besar model berfikir mulai dari hal yang membingungkan sampai pemecahannya. Mengenal discovery learning, Johnson.(1979) membedakan dengan inquiry learning. Dalam discovery learning, ada pengalaman yang disebut AHA experience yang mungkin dapat diartikan seperti "Nah, ini dia". Sebaliknya inquiry tidak selalu sampai pada proses tersebut. Mengapa demikian? Hal ini karena akhir proses discovery learning adalah penemuan,sedangkan bagi inquiry learning akhirnya terletak pada kepuasaan berkegiatan meneliti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H