Lihat ke Halaman Asli

Ironi Demokrasi Mesir

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesir mungkin menjadi contoh yang paling nyata dari keroposnya system Demokrasi dunia, hal itu bisa dilihat  dan dirasakan pasca revolusi yang mengakibatkan  jatuhnya rezim militer, Hosni Mubarok.. Pemilihan Presiden pasca revolusi yang  pada saat itu  dimenangkan oleh Muhammad Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin  tidak berlangsung lama sebab satu tahun setelah  berhasil menjuarai  pemilu dan menjadi Presiden pertama yang terpelih secara demokratis   ahirnya Presiden dari Ikhwanul Muslimin itu di rampas kekuasaannya oleh rezim militer.

Secara politik , dikudetanya  Presiden terpilih dari Ikhwanul Muslimin itu disebabkan dua hal mendasar, yang pertama yaitu karena pemenangnya adalah dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang notabane  sejak awal dibenci  dan sangat tidak diharakan oleh Militer yang masih relative kuat pada saat itu dan juga oleh dunia Internasional  dari Negara-negara yang sebelumnya diuntungkan oleh kepemimpinan Hosni Mubarok..

Yang kedua adalah karena Ikhwanul Muslimin  sebagai penguasa tidak memiliki sikap politik luar negeri yang jelas, sehingga tidak bisa membedakan antara negara  kawan dan Negara lawan. Hal itu dapat dirasakan oleh pemerintah Morsi saat dikhianati oleh kerajaan Saudi Arabia, dimana saat itu Mesir dan Saudi bagai sahabat yang sepakat untuk mendukung oposisi untuk menjatuhkan rezim Bashar Assad di Suriah,, Ironisnya ketika pemerintahan Mesir digoyang oleh gejolak yang ahirnya menjadikan jalan kudeta Militer justru Negara Saudi Arabia menjadi negara yang pertama kali mendukung rezim Militer untuk kembali berkuasa.

Kesalahannya adalah karena Ikhwanul Muslimin mencoba untuk Independen  dan selektif terhadap pengaruh  luar  baik barat ataupun timur yang  deras mempengaruhi perpolitikan Mesir, akan tetapi disatu sisi pengaruhnya Ikhwanul Muslimin di Mesir belum mengakar kuat ke seluru sektor-sektor berpengaruh  seperti militer,  Sehingga sedikit gesekan politik yang dikemas sedemikan rupa mampu menyulut api perpecahan yang pada ahirnya dijadikan dalil militer untuk melakukan Kudeta. Sikap independen  itu harus dibayar mahal oleh  pemerintahan yang terpilih secara demokratis saat itu, Presiden Mursi  harus rela terkudeta tanpa ada dukungan dari dunia  internasional baik barat ataupun timur.

Sehingga konsep Demokrasi yang yang dibanga-bangakan dan diagungkan selama ini oleh dunia Internasional seakan  dalam peraktiknya tak lebih dari omong kosong,  yang artinya jika terpilih secara Demokartis saja belum cukup untuk dapat memimpin suatu Negara. Selain Terpilih  dalam pemilu  seseorang pemimpin harus dituntut untuk memiliki sikap politik bernegara yang jelas (baca:memihak), karena jika independen dianggap layak untuk dijatuhkan oleh dunia Internasional. Itu yang terjadi di Mesir saat Morsi terpilih.  Ironis memang, tapi  begitulah demokrasi bekerja dengan keironisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline