Entah apa yang terjadi di negeri ini, tiba-tiba saja bermunculan orang yang menjadi kaya raya setelah menjual 'kebohongan'.Ya! Kebohongan sekarang menjadi komoditi, yang memberikan untung berlimpah karena tidak perlu modal besar, yang diperlukan hanyalah : kenekatan, nasib baik supaya tidak cepat ketahuan, tidak punya malu dan tidak takut dosa. Begitulah kira-kira sikap mental pedagang yang menjual komoditas 'kebohongan'. Aneka macam komoditas kebohongan dijual dan dikemas sedemikian rupa, dijual di bawah harga pasar, seperti vaksin palsu, perjalanan umroh palsu, menjual berita palsu (hoax) dan ada juga yang menjadi penulis palsu (plagiator).
Walaupun yang terakhir (plagiat) belum mengarah untuk mencari kekayaan, membeli dunia dengan kebohongan, tapi setidaknya penjiplak ini yang sering copy-paste tulisan orang lain kemudian diakui sebagai hasil karyanya, akhirnya mendapatkan ketenaran dari aksi bohongnya. Bahkan sampai mendapat undangan dari Istana Negara untuk mengikuti acara peringatan hari lahirnya Pancasila bersama Presiden.
Begitu mudahnya Afi Nihaya Faradisa membeli Indonesia, dipuji-puji karena tulisan-tulisannya yang dianggap menyejukan dan memberi semangat kebangsaan walaupun sebenarnya tulisan itu hasil copy-paste karya orang lain. Begitulah keadaan negeri ini, mudah dibuai oleh kebohongan. Tentu kita tidak ingin menciptakan, memberi ruang pada generasi muda yang suka berbohong, mencuri hak intelektual orang lain. Kita ingin menjadi bangsa yang berintegritas.
Lain yang dilakukan Afi, lain pula yang dilakukan pasangan suami istri Rita Agustina-Hidayat Taufiqurahman dan Anniesa Hasibuan-Andika Surachman. Walaupun sama-sama 'berbohong', pasangan suami istri tersebut menggunakan aksi bohongnya untuk mencari kekayaan. Menipu banyak orang dengan tujuan mendapatkan keuntungan, aksi bohongnya dijadikan sumber nafkah. Melalui produk vaksin palsu dan umroh palsu, kedua pasangan suami istri tersebut bisa membeli dunia, menikmati kekayaan, kemewahan di atas penderitaan orang lain.
Terlebih kehidupan glamour Anniesa dan Andika begitu mencolok, sangat terang-terangan bukan hanya di hadapan puluhan ribu jamaan umroh yang menjadi korban kebohongannya, tetapi juga dihadapan seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat internasional. Tas mahal, baju mahal. Bolak-balik jalan-jalan keluar negeri, jalan-jalan mewah. Sementara jamaah umroh yang seharusnya berangkat umroh, harus gigit jari. Mereka tidak menyangka biaya umroh yang sudah mereka lunasi justru digunakan oleh Anniesa-Andika dan keluarganya untuk berfoya-foya.
Tidak hanya itu, dana umroh pun dipakai untuk membeli saham, membangun rumah mewah dan segala tetek bengeknya. Membeli mobil mewah. Juga untuk membiayai eksistensinya di dunia fashion lewat ekshibisi desain fashionnya di luar negeri berbiaya mahal. Melalui fashion, Anniesa begitu eksis, di puji-puji telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Sempat masuk majalah Forbes Indonesia edisi April 2017 (yang kemudian dibatalkan) sebagai wanita yang memberi inspirasi. Anniesa-Andika berhasil membeli dunia impiannya. Sementara puluhan ribu jamaah yang berada di bawah tanggung jawabnya menangisi nasib mereka.
Saya juga pernah ditawarkan umroh murah oleh seorang teman saat arisan. Waktu itu Juli 2016, katanya kalau mau murah bayar sekarang berangkat tahun depan, biayanya lebih murah. Untungnya saya tolak, saya bilang ke teman "kelamaan dong kalau harus berangkat tahun depan", satu tahun harus menunggu. Mendingan bayar lebih tapi langsung berangkat. Ternyata seperti inilah akal-akalan pemilik travel. Lagi pula saya sedang butuh biaya untuk bayar kuliah anak. Uang Rp. 14.300.000 (empat belas juta tiga ratus ribu) bukanlah jumlah yang sedikit. Itu cukup banyak. Bisa membayar uang kuliah untuk dua orang anak. Dikumpulkan sedikit demi sedikit, begitu terkumpul ditilep orang, sakitnya tuh di sini!
Mengapa Rita Agustina-Hidayat Taufiqurahman dan Anniesa Hasibuan-Andika Surachman bisa menjadi begitu kaya raya, itu karena produk yang mereka jual sangatlah 'mumpuni',yaitu produk yang memang dicari dan dipakai banyak orang. Vaksin, tiap bulan pasti ada ratusan ribu ibu-ibu yang melahirkan, bayi dan balita yang sedang tumbuh kembang membutuhkan vaksin sebagai pencegahan dan membentuk daya tahan tubuh dari tertular penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan kematian atau pun kelumpuhan. Bayangkan jika ternyata vaksin yang diberikan ternyata palsu, berapa banyak anak-anak yang tumbuh kembang dalam keadaan tidak terlindungi?
Demikian juga dengan umroh, pangsa pasarnya terbuka lebar. Jika untuk berhaji harus menunggu giliran hingga 10 tahun lamanya, maka umroh menjadi alternatif jika keinginan untuk melihat baitullah dan beribadah di sana begitu menggebu. Melihat ka'bah dan mencium 'Hajar Aswad'. Karenanya saat ada promo paket 'umroh murah', dagangan pun laris manis dibeli mereka yang ingin pergi beribadah. Apalagi promo umroh murah ini digaungkan First Travel hampir ke seluruh penjuru indonesia.
Di-iklankan secara besar-besaran, sehinga korbannya pun cukup banyak dan hampir dari berbagai wilayah di Indonesia, ada yang dari Sulawesi,Kalimantan, Medan, Aceh, Palembang, Solo, Jakarta, Surabaya dan wilayah lainnya. Dana umroh yang diserap pun menjadi sangat fastantis, hampir satu trilliun. Wow!! Tidak heran jika Anniesa-Andika beserta keluarganya bisa hidup berfoya-foya, merasa menjadi orang terkaya di Indonesia. Menjadi tenar. Pamer kemewahan. Hidup dalam dunia fatamorgana, dan menciptakan fatamorgana lainnya untuk jamaah dengan janji-janji palsu.
Belum lagi selesai urusan dunia-akhirat, tiba-tiba saya dikejutkan oleh tertangkapnya grup penjual berita palsu (hoax). Walaupun produsen hoax ini belum menunjukan kehidupan serba kaya dan mewah, mungkin karena pangsa pasarnya tertutup dan pembelinya juga misterius, namun harga produknya bukanlah murah, mencapai ratusan juta. Dan berita yang mereka palsukan juga berbahaya, karena mengandung unsur 'SARA' sehingga berpotensi memecah belah bangsa, merusak kedamaian. Terlebih hoax ini terus-menerus beredar di media sosial, yang dibaca (mungkin tanpa dicerna) oleh berbagai kalangan.