Lihat ke Halaman Asli

Godaan Instagram

Diperbarui: 30 Januari 2017   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IG saya, dan foto keluarga.

Horree!! Akhirnya, saya  terpaksa membuat juga instagram sendiri. Terpaksa, ya terpaksa! Karena selama ini yang saya lakukan hanyalah mengintip instagram anak yang tidak pernah di "log out" melalui smartphone yang saya miliki, karena smartphone miliknya kalah canggih. 

Instagram, adalah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna membagi foto melalui jejaring sosial. Diluncurkan pada  Oktober 2010, aplikasi ini mulanya ditujukan untuk iPhone, iPad. Namun seiring perjalanan waktu, setahun berikutnya, April 2011, instagram pun dapat diaplikasikan pada handphone atau telepon genggam yang berbasis android. Perkembangan teknologi telepon genggam begitu cepat. Dan hampir semua telepon genggam terbaru saat ini adalah telepon genggam pintar atau smartphone, yang dapat melakukan banyak hal. Salah satunya menjalankan fitur-fitur terbaru yang disediakan instagram, seperti snapgram dan video live

Ternyata, kehadiran snapgram yang berupa unggahan foto atau video singkat dan dapat hilang sendiri setelah 24 jam tayang, cukup menggoda saya. Kadang pikiran dan tangan saya 'gatal' ingin sekali mengunggah foto-foto lama anak-anak yang saya suka. Toh! foto atau video tersebut akan hilang  dengan sendirinya. Namun, yang tidak pernah saya duga adalah komentar yang datang melalui 'direct message', yang berhubungan langsung dengan foto dan video yang saya unggah di-snapgram.

Seperti kemarin saya mengunggah foto keluarga saat anak-anak masih kecil....eehh, tahu-tahu datang komentar dari temannya, seperti ini: "....iihh, kamu kribo!", "Wah kamu kayak laki-laki!". Sebenarnya komentar itu terlihat bercanda, tetapi tidak buat anak saya...komentar seperti itu ternyata amat sangat "menyakitkan"...hehe. Akhirnya, sang anak kesal dan instagram-nya langsung di-logout. Haaayyyyyaaaa....! Anak pun memberi saran supaya saya mebuat akun instagram sendiri.

Kepalang basah, akhirnya saya putuskan jadi "instagramer" dadakan. Saya pun mulai mencari teman-teman saat di sekolah menengah atas dan kuliah, untuk saya ikuti dan diikuti. Namun yang muncul ternyata hanya satu dua orang. Tampaknya, teman-teman saya ini bukan pecandu instagram alias IG singkatan kerennya. Digrup what'sup, sejenis aplikasi obrolan pun sudah saya tanya jika ada di antara mereka punya IG, tambahkan saya sebagai pengikut anda dan saya tambahkan anda sebagai pengikut saya, karena saya baru buat. Jawabannya Nihil. Alias mereka tidak punya. 

Saya sendiri, punya tiga anak. Dua anak punya instagram. Dan satu anak memilih untuk berdiri jauh dari instagram. Namun, walau tidak memiliki instagram foto-fotonya berseliweran di IG teman-temannya.

Berbagai macam alasan mengapa seseorang perlu memiliki instagram, mulai dari keinginan untuk "eksis" sampai kemudian di-"endorse" atau dijadikan bintang iklan, atau jadi selebgram ...atau sekedar wahana silaturahmi. Sebaliknya, banyak juga alasan mengapa seseorang tidak tertarik dengan instagram atau pun media social lainnya.

Bagaimana dengan saya? Apa yang menjadi alasan saya? Jawabannya cukup sederhana, bahwa anak saya tidak mau saya mengunggah foto atau pun video di-snapgram miliknya...hehe, dan saya harus jadi orang yang mandiri, punya IG sendiri,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline