Lihat ke Halaman Asli

Luciana Sadipun

Mahasiswi UAJY 2020

Bahasa Gaul Zaman Dulu yang Mungkin Belum Pernah Anda Dengar

Diperbarui: 3 November 2021   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional di negara kita. Ini berarti Bahasa Indonesia adalah bahasa utama yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-harinya. Walaupun, ada juga beberapa daerah di Indonesia yang lebih sering menggunakan bahasa daerahnya masing-masing dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari mereka. Namun tetap saja tidak dapat dipungkiri, Bahasa Indonesialah yang menjadi bahasa utama bagi masyarakat Indonesia.

Penggunaan Bahasa Indonesia dari zaman dulu hingga sekarang dapat dikatakan mulai perlahan mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud di sini bukanlah perubahan arti bahasa, namun perubahan logat dan tata bahasa. Jika membandingkan penggunaan bahasa yang digunakan pada zaman dulu dengan sekarang melalui film-film Indonesia, maka dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang mencolok. 

Penggunaan Bahasa Indonesia pada zaman dulu dapat dikatakan terkesan lebih formal, sopan, dan santun daripada penggunaan Bahasa Indonesia pada zaman sekarang. Salah satu contohnya adalah kata ‘tidak’ dan ‘enggak’. Keduanya memang memiliki arti yang sama, tetapi memiliki kesan yang berbeda. ‘Tidak’ lebih terkesan formal daripada kata ‘enggak’. Bahkan, semakin lama kata tersebut dipersingkat menjadi ‘nggak’ dan ‘gak’ atau bahkan dalam chat bisa hanya menjadi ‘g’. Untungnya seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Indonesia juga tentu menjadi semakin pintar dan sehingga bahkan dapat mengerti arti suatu kata hanya dengan satu huruf saja.

Selain perbedaan tersebut, juga terdapat perbedaan penggunaan bahasa gaul atau slang yang digunakan pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Bahasa gaul pada zaman dahulu dikenal sebagai bahasa proken. Bahasa ini terkesan informal dan biasa digunakan dalam pergaulan. Bahasa gaul biasa dipakai oleh orang-orang berusia ‘muda’ atau mereka yang sedang menikmati masa muda mereka. 

Heru (2018) menjelaskan bahwa kemunculan bahasa gaul atau bahasa slang tersebut berasal dari kesepakatan kelompok orang atau remaja dan hanya dimengerti oleh anggota kelompok tersebut. Keinginan perbedaaan dengan bahasa yang lain merupakan tujuan kelompok orang atau remaja tertentu, sehingga orang lain tidak akan mengerti bahasa komunikasi tersebut. Penggunaan bahasa slang memungkinkan menutupi topik pembicaraan yang dianggap penting bagi kelompok remaja penggunanya.

Berdasarkan wawancara saya dengan ayah, om dan tante saya yang sekarang sudah berumur lebih dari 40 tahun, saya menemukan beberapa bahasa gaul yang belum pernah saya dengar sebelumnya.

  • Ajojing       : dansa
  • Beceng       : senjata
  • Clokan        : celana
  • Dokoh         : doyan dengan sesuatu, seperti misalnya makanan
  • Pembokat   : pembantu

Mungkin beberapa kata tersebut akan terdengar lucu bagi kita yang masih sedang menikmati masa muda di era sekarang. Namun itulah beberapa kata yang saya baru dengar dari ayah, om dan tante saya yang menikmati masa muda mereka di era 80-an. Jika dibandingkan dengan era kita sekarang, dapat dilihat perbedaannya. Pembokat mungkin sudah jarang digunakan karena orang-orang zaman sekarang lebih sering menggunakan istilah asisten rumah tangga untuk menyebut pembantu.

Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa gaul atau slang tersebut juga ikut terus mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut menghasilkan berbagai istilah baru yang digunakan oleh generasi muda dalam kegiatan berkomunikasi mereka sehari-hari. Walaupun begitu, bahasa gaul juga tidak serta merta hanya digunakan oleh generasi muda saja, tetapi masih ada juga orang tua yang menggunakannya dalam berkomunikasi dengan orang-orang seumuran mereka. Selagi Bahasa Indonesia yang formal tetap digunakan sebagai bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia pendidikan dan dunia kerja, tidak ada salahnya untuk tetap mempertahankan bahasa-bahasa gaul yang ada sekarang.

Daftar Pustaka

 Setiawan, H. (2018). Bahasa slang sebagai ancaman nilai karakter. Seminar Nasional Pendidikan dan Kewarganegaraan. (pp. 213 – 221).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline