Lihat ke Halaman Asli

Daerah Asal Dapat Mempengaruhi Perilaku Komunikasi dalam Konteks Komunikasi antar Budaya

Diperbarui: 11 November 2022   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Foto Pribadi

    

Komunikasi tidak lepas dari kegiatan sehari-hari setiap individu. Di sini saya akan membahas sedikit tentang prilaku komunikasi dapat di pengaruhi oleh daerah asal seorang individu dalam konteks komunikasi antar budaya. Saya akan sedikit mengingatkan Kembali apasih itu komunikasi antar budaya? Larry Samovar dan Richard Porter dalam buku Communication Between Cultures (2001) mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah keadaan dimana orang- orang yang memiliki latar belakang budaya berbeda terlibat dalam proses komunikasi. 

Dapat kita katakan bahwa komunikasi antar budaya merupakan proses komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan berbeda-beda, baik beda ras, etnik, sosial ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan. Lalu, apa itu prilaku komunikasi? Perilaku komunikasi merupakan suatau kebiasaan aktivitas atau tindakan yang mendorong manusia untuk melakukan interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak berbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal komunikasi nonverbal seperti ekspresi muka, seni, lukisan dan teknologi.

Kebiasaan berkomunikasi ataupun prilaku kamunikaasi dapat di pengaruhi oleh lingkungan sekitar kita hidup. Bicara soal lingkungan hidup tidak jauh dari daerah asal. Masing-masing daerah memiliki ciri khas sendiri di dalam komunikasi. 

Contohnya, di daerah Sumatra di bagian utara, ketika mereka berbicara, sering sekali mereka menggunakan nada bicara yang tinggi. Contoh lain Jakarta selatan yang sering sekali menggunakan bahasa bahasa gaul seperti, loe, gue, atau bahkan bahasa Indonesia di campur dengan bahasa Inggris dan sebagainya. Berbeda daerah maka akan berbeda pula budaya berkomunikasi yang di terapkan. 

Dengan adanya Perbedaan budaya dalam berkomunikasi setiap daerah, menjadikan hal ini tantangan bagi setiap individu. Tidak lain tidak bukan, salah satu tantangan yang terdapat di konteks ini adalah saling mengerti satu sama lain. Ketika tidak adanya pengertian satu sama lain dapat mengakibatkan kesalahpahaman. Sebagai contoh kesalahpahaman sering terjadi di anak perkuliahan yang sedang merantau, terkhusus antara anak Sumatra bagian utara dengan anak rantau daerah asal dari pulau jawa. 

Daerah Sumatra utara memiliki lingkungan yang cukup keras, Sehingga ketika berbicara pun mereka mengunakan suara yang keras dan nada yang tinggi. Sebaliknya, orang yang tinggal di pulau jawa memiliki lingkungan yang halus dan lembut, sehinngga prilaku komunikasi yang di hasilkan juga lembut, seperti nada yang tidak terlalu tinggi dan suara saat berkomunikasi yang lembut. 

Mahasiswa beda budaya tersebut di pertemukan di suatu matakuliah komunikasi antar budaya. Dengan adanya perbedaan budaya saat berkomunikasi yang di hasilkan oleh lingkungan asal daerah mereka, sering terjadi kesalahpahaman satu sama lain. Ketika ingin memecahkan suatu masalah, orang yang berasal dari Sumatra ingin memberikan suatu pendapat dengan berkomunikasi menggunakan budaya asal daerah mereka berada. 

Dengan nada yang tinggi dan suara yang keras menimbulkan suatu pandangan bagi orang jawa bahwa dia yang berpendapat sedang marah atau tidak enak hati. Namun pada kenyataannya orang yang berpendapat tersebut baik baik saja, hanya suara yang terbiasa keras yang di timbulkan oleh daerah asal mereka. Hal itu di sebut dengan prilaku berkomunikasi, kebiasaan yang sengaja maupun tidak sengaja dilakukan dalam berkomunikasi. Itulah yang menjadi tantangan tersendiri.

Hal ini sangat sering terjadi di lingkungan perantauan, khususnya anak muda yang sedang perkuliahan. Lalu, bagaimana cara atau strategi kita untuk menghindari suatu permasalahan antar budaya tersebut? Larry Samovar dan Richard Porter dalam buku Communication Between Cultures (2001), berpendapat bahwa ada beberapa strategi yang dapat di lakukan untuk mengurangi resiko terjadinya konflik antar budaya. Yang pertama adalah kembangakan sikap yang tepat, hal ini seperti Meningkatkan kesadaran diri dan pengetahuan tentang perbedaan budaya Akhirnya, Untuk meningkatkan pemahaman dan toleransi, terus-menerus antar sesama. 

Lalu ada acara dengan mempromosikan suatu kebudayaan, hal ini seperti kita mengenali budaya asal kita seperti apa, agar kelak kita saling mengerti satu sama lain Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang ada. Menurut say aitu adalah hal yang paling mudah untuk di lakukan oleh banyak orang agar mengurangi resiko terjadiya kesalahpahaman antar budaya yang di akibatkan oleh suku atau daerah asal kita




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline