Lihat ke Halaman Asli

Metana : Gas Penghancur Perisai Bumi dan Pemanfaatannya sebagai Energi Terbarukan #4 [TAMAT]

Diperbarui: 24 Agustus 2017   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri kelapa sawit di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 8,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit dan menghasilkan 720.000 ton minyak kelapa sawit atau bisa disebut dengan CPO (Crude Palm Oil). Oleh karena hal tersebut, Indonesia diangkat sebagai penghasil CPO tersebar di dunia. Di sisi lain, produksi global minyak sawit di Indonesia berlipat ganda setiap 10 tahun. Minyak sawit umumnya diolah sebagai minyak nabati yang akan dioleh lebih lanjut sebagai bahan utama dalam industri makanan misalnya minyak goreng dan margarin, serta bahan utama pada industri oleochemical untuk produksi sabun. Bahkan, minyak kelapa sawit dapat diolah lebih lanjut menjadi campuran bahan bakar fosil yang disebut biodiesel.


Seiring dengan perkembangan diatas, timbul permasalahan lingkungan atas limbah cair yang dihasilkan dari industri tersebut. Kegiatan pengolahan buah sawit menghasilkan limbah cair yang biasa disebut dengan POME (Palm Oil Mill Effluent). Limbah tersebut jika tidak diolah lebih lanjut akan mencemari lingkungan dan merusak ekosistem karena kandungan organiknya yang sangat tinggi. Dalam pengolahannya, hal paling umum dilakukan adalah dengan penambahan atau injeksi bakteri atau activated sludgeuntuk mengurai zat organik yang terlampau tinggi parameternya dengan acuan kandungan Chemical Oxygen Demand(COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD). Pengolahan limbah secara anaerobik dengan keadaan tanpa oksigen lebih dipilih karena konsumsi energi yang digunakan untuk menguraikan zat organik terbilang rendah dan lebih banyak energi dihasilkan dari produksi biogas.

Sama seperti halnya kotoran industri peternakan, POME akan menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti Metana dan Nitro Dioksida yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dalam proses pengolahannya, POME akan ditampung dalam sebuah lagoon atau kolam dengan beberapa tahap hingga kandungan didalamnya terurai sempurna dan memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Lucunya, kebijakan pemerintah tidak memperhatikan output apa yang dihasilkan kemudian oleh industri yang hanya memperhatikan aspek parameter di daratan padahal biogas yang dihasilkan jika tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan masalah baru yang jauh lebih besar. Perlu adanya inovasi untuk memanfaatkan energi yang selama ini diproses dengan mubazir. 

653c2483-dcdf-4e3e-b1c1-db6c6831fd38-599d5ea42667ed0bb416a574.jpg

Gambar : Kolam penampungan POME di PT. Bisma Dharma Kencana. Sumber : Abdurrokhim


Pada dasarnya, zat organik yang dapat didegradasi secara biologis dapat berfungsi sebagai bahan yang menghasilkan biogas. Meskipun begitu, tidak semua bahan dapat dimanfaatkan menjadi biogas karena aspek ekonomis maupun teknis. POME merupakan daya tarik utama dari teknologi ini karena kemampuannya menghasilkan biogas yang jumlahnya melimpah. Hal ini memberikan ruang investasi di sektor energi biogas. Selain karena pemanfaatan energi terbarukan, dampak lingkungan dari gas rumah kaca dapat diredam.

capture-1-png-599d5ec7e745912dae6b3562.png

Sumber : Winrock International

                                                                                        Gambar : Pertumbuhan bakteri anaerob

Metode yang digunakan dalam memanfaatkan biogas tersebut yaitu Methane recoveryatau penangkapan gas metana. Teknologi yang sangat umum digunakan yaitu covered lagoon dengan mengkover seluruh permukaan kolam dengan terpal atau bahan polimer lainnya yang tidak mudah terbakar. Biogas yang tertangkap kemudian dimurnikan kandungan Metananya dari gas-gas lain.

modified-covered-lagoon-3-1024x576-1-599d5ef05221142c4b50d633.jpg

Gambar : Covered Lagoon. Sumber : Green Energy Network

capture-png-599d6303867f385e53178782.png

Biogas dengan efisiensi 60% atau bisa dikatakan kandungan Metananya 60% memiliki nilai kalori rata-rata 20 MJ/Nm3. Energi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas turbin dalam pembangkit tenaga listrik biogas ataupun dikemas dalam bentuk tabung gas sebagai bahan bakar kompor rumahan.

capture-2-png-599d5f00867f38565f64fd34.png

Gambar : Proses biologis pembentukan biogas oleh bakteri anaerob
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline