Lihat ke Halaman Asli

lubnakartika

Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengapa UKM Lingkungan di Kampus Tidak Lantang Menanggapi Pemanasan Global?

Diperbarui: 14 Desember 2024   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/photos/environmental-protection-show-me-4605883/

Perubahan iklim kini bukan lagi sekedar isu lingkungan, tapi juga masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Pemanasan global kini bukan lagi sekedar isu masa depan, melainkan kenyataan yang kita hadapi setiap harinya. Kampus sebagai pusat pendidikan yang tinggi, memiliki tanggung jawab untuk mencetak generasi yang peduli lingkungan. Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran strategis untuk menyuarakan dan melahirkan solusi yang inovatif dalam mengatasi krisis iklim. Di tengah ancaman yang semakin nyata dari dampak pemanasan global, timbul pertanyaan: Dimana suara generasi muda, khususnya organisasi di lingkungan kampus? Sebagai bagian dari komunitas intelektual, UKM lingkungan dikampus memiliki potensi besar untuk menjadi garda terdepan. Namun, mengapa suara mereka masih terasa kurang lantang? Apakah ada tantangan yang membatasi gerak mereka, atau justru ada peluang yang belum dimaksimalkan?

Ada beberapa faktor mengapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lingkungan di kampus tidak lantang dalam menanggapi isu pemanasan global, di antaranya:

  • Kurangnya sumber daya: UKM lingkungan sering kali menghadapi keterbatasan dalam hal anggaran, waktu, personil, dan peralatan. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengorganisir kegiatan besar atau kampanye yang lebih lantang.
  • Kurangnya kesadaran: Tidak semua UKM yang sadar terhadap isu global seperti pemanasan global yang kurang menjadi prioritas. Beberapa UKM mungkin lebih fokus pada kegiatan internal seperti diskusi, workshop, ataupun pelatihan.
  • Tidak adanya dukungan dari pihak kampus: Proses persetujuan untuk mengadakan acara atau kampanye sering kali memakan waktu. Tanpa dukungan penuh dari pihak kampus, baik dukungan berupa pendanaan maupun fasilitas, UKM akan sulit untuk bergerak secara lantang dalam mengampanyekan isu pemanasan global.
  • Kurangnya keterampilan dalam komunikasi: Menarik perhatian mahasiswa secara keseluruhan bisa jadi sulit, karena tidak semua anggota memiliki keterampilan komunikasi yang baik dalam menyuarakan isu pemanasan global. Akibatnya, pesan yang ingin disampaikan sering kurang terdengar lantang oleh publik.

Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh UKM lingkungan dikampus agar dapat menjadi lebih lantang dalam menanggapi isu pemanasan global di antaranya:

  • Berkolaborasi dengan komunitas lingkungan eksternal, dosen, atau dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk memperkuat gerakan dalam menyuarakan isu pemanasan global.
  • Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi setiap anggota dan meningkatkan keterampilan advokasinya.
  • Memanfaatkan media sosial dengan baik untuk menyuarakan isu pemanasan global secara luas.
  • Mengadakan aksi yang melibatkan mahasiswa lintas fakultas untuk menimbulkan dampak yang lebih besar dalam menanggapi isu pemanasan global.

Dengan solusi yang sudah disebutkan diatas, UKM lingkungan di kampus dapat menjadi lebih lantang dan efektif dalam menanggapi isu pemanasan global. Meski tantangan yang dihadapi tidak ringan, suara kecil sekalipun dapat membawa perubahan jika disuarakan dengan konsisten dan bersama-sama. Mari jadikan UKM lingkungan di kampus lebih lantang, lebih berani, dan lebih strategis. Karena masa depan bumi ada di tangan kita semua khususnya generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline