Bagi Anda yang tidak bertempat tinggal di perumahan elit, pemandangan parit tumpat atau tidak jelas alirannya tentulah hal biasa. Tumpukan sampah yang terserak di sana sini juga bukan dianggap hal aneh. Padahal ketika musim penghujan, pemandangan biasa itulah yang merupakan salah satu faktor penyebab naiknya genangan atau banjir.
Tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya akan tersapu air di kala hujan lebat. Sesuai sifatnya, air hanya akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Maka terkumpullah sampah tak bertuan tadi ke selokan yang mampet dan tidak jelas arah alirannya.
Jika sudah demikan, maka jalanan dan bangunan yang menjadi sasaran. Air membanjiri jalanan dan rumah-rumah penduduk tanpa ampun. Sesuai pribahasa, siapa menabur dialah yang akan menuai. Akibat ulahnya sendiri, manusia harus merasakan kerugian dan kesusahan akibat banjir.
Di dalam dunia kepramukaan, ada janji untuk selalu mencintai alam dan untuk selalu ikut serta dalam proses membangun masyarakat. Berbekal dua dasar ini, maka seharusnya sudah jadi kewajiban seorang Pramuka untuk berperan aktif di tengah masyarakat menjaga lingkungannya.
Sebuah aksi kecil yang dapat dimulai dari diri sendiri, yaitu bijak mengurangi pemakaian benda-benda yang menghasilkan sampah. Konsisten menolak minum air kemasan botol sekali pakai, dan selalu siap membawa tumbler (tempat air minum) pribadi kemana-mana. Dimulai dari diri sendiri, lalu keluarga, kemudian mayarakat di sekitarnya.
Pramuka bukan hanya baris berbaris, tali temali atau semaphore saja tetapi kini Pramuka semakin berkembang seiring kemajuan zaman. Pramuka tidak sekedar gagah-gagahan memakai seragam saja, tetapi pramuka terus berpacu membuktikan dirinya untuk aktif ikut serta dalam membangun masyarakat sebagaimana janji Tri Satya. Pramuka, sejatinya adalah contoh teladan yang selalu berada di muka.
Sebagai bagian dari tujuan mulia kepanduan dunia, yaitu menciptakan dunia yang lebih baik, Gerakan Pramuka juga turut berkontribusi aktif dalam aksi-aksi global sebagaimana dicanangkan WOSM (World Scout Organization Movement) sebagai induk organisasi kepanduan seluruh dunia. Salah satu program global tersebut adalah Scouts for SDGs atau Pramuka untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs merupakan 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan waktu yang telah disepakati 193 negara di dunia melalui UNDP (United Nation Development Programme) sebagai agenda dunia dalam pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi.
Pada 21 Oktober 2015 lalu, resolusi PBB diterbitkan, salah satunya adalah negara-negara lintas pemerintahan mencanangkan tujuan pembangunan berkelanjutan ini dengan target hingga tahun 2030. Secara garis besar, 17 tujuan SDGs dapat dikelompokkan dalam empat pilar, yakni pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan hidup, dan governance.
Gerakan Pramuka di Indonesia yang memiliki jumlah anggota terbesar di dunia, yaitu sekitar 17 juta orang merupakan potensi sumber daya manusia yang semestinya dapat ikut serta berperan aktif dalam program SDGs.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang Pramuka dalam upaya kontribusi dirinya mencapai tujuan SDGs, metode dan platform juga telah disediakan. Tinggal bagaimana Pramuka dapat meningkatkan peran aktifnya melakukan karya-karya nyata di tengah masyarakat yang akan berdampak pada pencapaian tujuan SDGs di Indonesia dan dunia.