Lihat ke Halaman Asli

Wardhani Lubis

LEAD Fellow Cohort-9

MEDAN KOTA PRAMUKA 2016

Diperbarui: 24 Maret 2016   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menilik sebuah sumber data tahun 2015, Indonesia memiliki 514 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Tiap kota pastilah memiliki ciri khas dan sejarahnya masing-masing, hingga sebagian besar memiliki julukan populer yang membuat orang  mengingatnya dengan nama tersebut.

Sebutlah kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar. Disebut demikian karena Yogyakarta berkembang dalam dinamika pelajar dan mahasiswa yang tersebar di seluruh wilayah DIY, tercatat sekitar 79% pelajar/mahasiswa Yogyakarta berasal dari luar daerah. Yogyakarta juga memiiki 137 perguruan tinggi sehingga tidak salah jika daerah istimewa ini mendapat julukan sebagai Kota Pelajar. Ada pula Banda Aceh yang dijuluki sebagai Kota Serambi Mekah. Sebutan sebagai Serambi Mekah untuk Aceh tidak lain adalah gelar yang penuh nuansa keagamaan, keimanan, dan ketakwaan. Tentu ada cerita dalam pemberian julukan ini. Alasannya karena Aceh adalah daerah perdana masuknya Islam di Nusantara. Kawasan ini juga pernah menjadi saksi sejarah berdirinya kerajaan Islam pertama dan terbesar di Indonesia, yakni Samudra Pasai. (http://ipk.sinarharapan.co/index.php/ipk/read/150817007/di-balik-julukan-kota-kota-di-indonesia#sthash.7kUgbUZb.dpuf).

Lantas apa yang terbayang dalam benak kita ketika mendengar atau membaca julukan “Kota Pramuka”? Apakah kota yang seluruh warganya merupakan anggota Gerakan Pramuka? Atau kota yang berkaitan dengan peristiwa sejarah berdirinya Gerakan Pramuka? Atau mungkin pula tergambar sebuah kota yang penuh dengan suasana khas pramuka, hidup rukun damai sejahtera sebagai wujud pengamalan Satya Dharma Pramuka?

Sejauh yang penulis ketahui, tidak ada standarisasi kelayakan sebuah kota dijuluki Kota Pramuka. Julukan visioner ini justru dicanangkan untuk menstimulasi geliat perkembangan kepramukaan di kota tersebut. Sebagai contoh, mari kita lihat kota Bandung yang diamanatkan sebagai Kota Pramuka sejak tahun 2007 oleh Walikota Bandung saat itu yang juga menjabat selaku Ketua Majelis Pembimbing (Kambicab) Pramuka Kota Bandung. Melihat kebutuhan kota Bandung untuk menciptakan generasi unggulan berprestasi yang mendukung keberhasilan pemerintah di segala bidang adalah latar belakang pencanangan Bandung sebagai Kota Pramuka. Bandung Kota Pramuka dapat pula diartikan bahwa kota memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap generasi muda khususnya para anggota pramuka untuk berpartisipasi aktif dalam memajukan kota Bandung melalui beragam aktivitas positif yang bernilai guna. Perwujudan Bandung sebagai Kota Pramuka merupakan rangkaian proses bertahun-tahun dan dimotori oleh semua stake-holders terkait mulai dari Gugusdepan hingga Kwartir, lembaga pendidikan formal dan non formal, lembaga pemerintahan hingga perusahaan, serta seluruh elemen masyarakat sebagai ajang budi bakti Pramuka sesuai pengamalan satya dan darmanya.

Visi suluh semangat ini merupakan trigger (pencetus) bagi insan Pramuka untuk terus bangkit, berbenah diri, melakukan aksi-aksi nyata penuh kreatifitas yang mampu menjawab perkembangan jaman, mewadahi  aspirasi anggota, dan yang paling penting adalah realita dampak program terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sudah tidak jamannya lagi pramuka bermain dalam tataran doktrin, slogan, atau kata-kata klise. Pramuka masa kini adalah pengamal Pancasila sejati, tidak hanya kata-kata melainkan fakta. Pramuka masa kini tidak sekedar mengucap janji dengan ujung merah putih di dada kiri, melainkan mampu memantaskan diri untuk bersungguh-sungguh mendarmakan Satyanya, membaktikan Darmanya hingga terbentuklah prilaku (karakter) generasi muda sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan, negara, masyarakat dan sesama makhluk hidup di muka bumi.

Kota Medan, dalam rangka mendukung program Pemerintah, oleh Gubernur Sumatera Utara selaku Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Sumatera Utara, H. Gatot Pujonogroho, ST - juga diamanatkan sebagai Kota Pramuka pada saat pelantikan Pengurus Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Medan 15 Juni 2015. Walikota Medan, Drs. H. T. Zulmi Eldin, M.Si selaku Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) Gerakan Pramuka juga telah menyatakan kesiapannya untuk menjadikan kota Medan sebagai Kota Pramuka. Pencanangan ini dilakukan sebagai salah satu motivasi untuk menggerakkan kembali pramuka di kota Medan yang menurut Ketua Kwardasu selama ini dianggap vakum. Hal senada juga ditegaskan oleh Ketua Kwarcab Kota Medan, H. M. Husni, SE, M.Si bahwa untuk mewujudkan Medan sebagai Kota Pramuka pada tahun 2016 segenap pimpinan Kwarcab Medan dan jajarannya telah mempersiapkan frame (program) yang jelas yang akan dilakukan di setiap golongan peserta didik (Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega). Sumber berita http://medansatu.com/berita/6421/ka-kwarcab-medan-siap-jadikan-medan-kota-pramuka-pada-2016/ .

[caption caption="Pramuka Penegak putra pada kegiatan Raimuna Cabang Kwarcab Medan tahun 2012. (Foto : Wardhani Lubis)"][/caption]

Pertanyaan besarnya adalah, apakah isi/konten dari “frame (program yang jelas akan dilakukan)” Kwarcab Medan untuk setiap golongan peserta didik yang dicetuskan Ketua Kwarcab saat pelantikan pengurus Juni tahun lalu? Sebagai kota yang memiliki 21 Kwartir Ranting tersebar di luasan 26.510 hektar, sangat penting untuk mensosialisasikan “framework” Medan Kota Pramuka sebagai suatu tema universal yang disinergikan dengan program-program yang sudah maupun akan berjalan. Di lini terdepan, ada Gugusdepan pangkalan yang merupakan kawah candradimuka pembinaan peserta didik, sangat penting untuk menjalankan program kerja yang bermuara pada pencapaian Medan sebagai Kota Pramuka. Hal ini tentu harus didukung oleh kualitas pembinaan yang baik sesuai Prinsip Dasar Kepramukaan, Metodik Kepramukaan dan Kode Kehormatan Gerakan Pramuka. Tak kalah pentingnya juga adalah fungsi tata kelola dan profesionalisme Kwartir sebagai among yang mampu mencontohkan kerja yang efektif, efisien, dan sesuai perkembangan jaman. Jika di era 1990-an kita hanya mengandalkan sistem pengantaran surat secara langsung ke tujuan sebagai cara berkomunikasi, hal tersebut sudah tidak tepat lagi diandalkan di era digital sekarang ini. Jarak dan waktu dipangkas menjadi begitu dekatnya oleh penggunaan e-Mail, SMS, ponsel, dan berbagai media sosial yang bisa diakses dengan mudah. Adakah cara-cara ini sudah dilakukan Kwartir untuk menggaungkan Gerakan Bersama Menuju Medan Kota Pramuka?

Maret akan segera berlalu dijelang April yang ingin maju. Tapi tangan kita hanya berpangku dan terus menunggu. Slogan Medan Kota Pramuka nampaknya hanya sekedar euforia pelantikan pengurus baru. Sangat disayangkan jika Pemerintah Kota Medan juga menganggapnya angin lalu.

Sebagai warga kota Medan yang juga seorang pegiat Pramuka, penulis ingin menghimbau seluruh komponen masyarakat kota Medan khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk melakukan assesment terhadap pencanangan Medan Kota Pramuka 2016. Sampai sejauh mana realisasi program Kwarcab untuk mewujudkan Medan Kota Pramuka 2016? Dan yang terpenting adalah, bagaimana kesiapan kita untuk turut mengambil bagian berperan serta mewujudkan Medan Kota Pramuka? Jangan tanya pada rumput yang bergoyang. [y]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline