Lihat ke Halaman Asli

"Abdul Aziz Mahasiswa Pencerah Pendidikan"

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Abdul Aziz Sang pencerah pendidikan bangsa”

17 mei 1997 sebut saja namanya abdul aziz telah menjadi seorang wakil organisasi terbesar di kampus teknik di kotanya. Abdul tidak pernah terfikir akan menjadi wakil ketua organisasi,dia hanya seorang anggota dari organisasi yang menentang adanya penindasan kaum miskin kota. Abdul adalah mahasiswa yang berfikir kritis dan rasional waktu itu. Waktu yang dia habiskan adalah belajar dan membaca buku tentang sosiologi dan ilmu ilmu masyarakat. Abdul adalah anak dari seorang tirani tirani pemerintah indonesia. Ayahnya adalah mentri perekonomian dan ibunya adalah kepala polisi. Abdul aziz adalah nama yang diberikan oleh eyang sutarmo,eyang sutarmo adalah bapak dari ibu abdul aziz,abdul aziz akrab dengan eyang sutarmo,eyang adalah mantan tentara jepang yang diasingkan oleh soekarno pada zaman penjajahan jepang. Darah abdul aziz jawa-jepang. Eyang sutarmo meninggal pada tahun 1995,sudah dua tahun lamanya. Eyang sutarmo mengajarkan abdul aziz untuk menjadi aktivis,menjadi generasi muda yang cerdas,cekatan,disiplin,dan patuh.Eyang sutarmo pernah mengatakan akan memberikan support kepada abdul aziz untuk mengenyam pendidikan di jepang. Namun abdul aziz hanya ingin menetap dan mencari pendidikan terbaik di indonesia. Kini abdul aziz adalah mahasiswa di universitas negri di kotanya. Dalam waktu kurun 2 minggu abdul aziz diajak diorganisasi pertama yaitu seni dan budaya. Dan abdul aziz menyetujui untuk gabung.Namun kurun waktu 1 bulan abdul aziz diributkan soal pemindahan tempat dimana organisasi itu lahir. Abdul aziz yang mempunyai sifat enggan ikut campur tapi dia sangat ingin suasana dalam organisasi nyaman dan tentram. Abdul aziz pun meminta ketua untuk tenang.

“kamu tenang dulu,saya akan mencari solusi untuk organisasi kita. Gini gini Dirumah saya ada tempat untuk organisasi kita. Kitakan organisasi seni kenapa kita gak membuat sesuatu berbau seni,entah itu rumah pohon atau tempat yang terbuka serta luas. Kebetulan halaman rumah cukup lebar. Kita akan membuat itu sama sama.” Ujar abdul memberi pendapat.

Namun apa yang dilontarkan abdul disetujui ketua dan mereka sepakat akan membuat rumah pohon bergaya seni. Sore itu abdul bertemu dengan teman lamanya. Namanya komar. Iyah komar adalah anak keturunan cina. Orang tuanya sangat kaya serta komar tak perlu mencari kerja ,dia sudah di jabatkan sebagai pemilik perusahaan ayahnya di kota besar. Komar saat itu membuat sensasi baru dia bertemu dengan abdul dengan gaya khasnya yang sombong. Abdul sangat sabar dan tersenyum waktu itu. Tak ada rasa iri hati,sejak kecil abdul di ajarkan eyang sutarmo menjadi sosok yang menghargai seseorang dengan senyuman.Komar mengajak abdul minum teh tapi abdul tak ingin membuang waktu dengan bersantai karena saat ini yang dia fikirkan adalah bagaimana menjadi orang yang berguna untuk orang lain serta negara sendiri.

Abdul hari ini diliburkan kuliah. Namun hari libur abdul tetap mencari kegiatan seperti membuat sebuah karya seni. Kebetulan abdul suka menulis dan menggambar. Abdul membuat sebuah puisi tentang negaranya serta lingkungan masyrakat. Pagi itu dia duduk bersama ayahnya dan ayahnya membicarakan tentang masa depan abdul.

“abdul,ada sesuatu yang ingin ayah katakan” ujar ayah abdul

“apa itu yah,katakan saja. Aku ingin menjadi pendengar yang baik” ujar abdul

“ayah ingin kamu meneruskan reputasi ayah,gabung di partai kesosialisasi masyarakat” ujar ayah

Abdul kaget,serta tidak percaya apa yang dikatakan ayahnya. Abdul menatap tajam ayahnya. Abdul sangat benci harus masuk dalam ruang lingkup politik serta harus berteman dengan para politikus.

“ayah dengarkan aku,aku sangat tidak menyukai politik. Aku benci harus tau apa itu politik. Aku tidak ingin menjadi ayah apalagi ibu. Aku ingin menjadi seorang yang berguna serta merubah moral pendidikan di negara ini. Ayah aku sangat benci pekerjaan kamu saat ini.” Ujar abdul dengan nada datar serta meyakinkan ayahnya. Abdul tidak benci kepada orang tua namun orang tuanya mempunyai pekerjaan yang iya benci.

“itu organisasimu itu yang membuat kamu menjadi keras kepala seperti ini,dengar ayah yah abdul. Kamu tidak akan pernah berhasil atau sukses dengan organisasi itu. Hanya membuatmu menjadi anak nakal.” Ujar ayah membentak.

“dengar aku yah,apapun permintaan ayah kini aku bener bener tidak menyukainya,ayah tau aku sangat menyukai seni aku sangat menyukai budaya. Namun aku juga menyukai seni psikologi serta sosiologi. Kalau harus menjadi politik aku tidak ada bakat. Lebih baik aku menjadi penari balet kalau harus menjadi politik.” Ujar abdul menentang ayahnya,abdul tidak ingin menjadi anak pembantah namun apa yang dia tidak sukai menuntut itu.

“yasudah terserah kau saja dul,ayah sudah tidak ingin melihatmu lagi. Pergi saja kau kalau tidak ingin menuruti ayah” ujar ayah dengan tangan telunjuk kedepan mengusir.

“baik saya turuti apa kata ayah sekarang,saya akan pergi. Saya akan mencari jati diri saya”

Malam itu abdul mengemas barangnya dan tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya lagi. Abdul sangat tidak suka bergaul dengan orang orang yang mengeluarkan kata kata namun tidak bertujuan penuh,bisa dibilang omong kosong. Abdul mencari tempat tinggal yang layak ia tiduri tidak harus mewah dan bersih. Asal bisa ditidur olehnya. Abdul melihat anak anak jalanan yang bermuka dua yah wajah ceria yang menutupi wajah lesu. Abdul mendekati mereka . dengan santai abdul menyapa anak jalanan,tidak mudah memang tapi abdul berusaha agar anak jalanan menerima mahasiswa sepertinya.

“adik adik mau kemana??” ujar abdul berdiri dengan menyandang tas besar.

“ah abang ini,mau tau aja!!” serua bokir dan bois nama akrab mereka.

“heheh yasudah kalau kalian tidak mau kasih tahu,abang ada uang jajan lo,ayo ayo pikirkan lagi” seru “ ujar abdul tersenyum

“okeh okeh gitu baru adil,kami mau pulang bang,tempat tinggal kami di rumahrumah kosong” ujar bois

“nah kalau gitu abang ikut bersama kalian,abang numpang tidur” ujar abdul dengan nada tinggi

“yah muka abang kaya om om jepang yang sering ada di kafe kafe itu yah” ujar bokir

“hahahah ada ada saja kamu,iyah abang memang keturunan jepang,yuk yuk kita pulang” ajak abdul.

Malam itu abdul sangat memberi nilai positif apa yang terjadi padanya hari ini,semata mata melindungi haknya sebagai manusia. Tidak ingin menjadi budak pemerintah apalagi harus mewakilkan rakyat yang sejujurnya dia tak mampu melakukanitu. Pagi itu abdul berangkat kuliah,adik adik jalanan itu terpukau karena melihat baju bagus milik abdul. Anak anak jalanan ini tidak mempunyai orang tua. Tinggal berkelompok dalam satu rumah. Wajar saja biaya pendidikan mahal dan anak anak serta orang tua yang tak mampu menyekolahkan anaknya harus terjepit anggaran makan sehari hari.

“yasudah nanti abang belikan baju yang bagus bagus buat kalian,tapi janji jangan nakal dan terus belajar,pengen sukses kan??” tanya abdul.

“ iya bang” ujar anak anak jalanan dengan serentak.

Abdul terpukau,dan abdul berfikir akan mengajari mereka seni dan mengajari mereka cinta dengan pendidikan. Ada saatnya abdul berfikir untuk memindahkan basecamp organisasinya ketempat dimana dia tinggal bersama anak jalanan. Dan abdul ingin anak jalanan juga merasakan indahnya seni dan budaya. Abdul tidak ingin moral anak bangsa hanya berfikir bagaimana menjadi penjilat,mengumbar umbar janji,harapan palsu,harapan kosong dan senang dengan harta harta tanpa melihat ada yang lebih membutuhkan. Abdul ingat dengan kata kata eyang “sepertinya negara kita tidak mempunyai anak anak yang kreatif??,jujur eyang melihat anak yang kreatif justru adalah anak anak miskin. Mereka giat mereka ingat kesusahan mereka ingat sulitnya mengecam bangku pendidikan. Dijepang tidak ada yang tidak mengecam pendidikan walau Sekolah dasar sekalipun.” Kata kata eyang yang ini sampai sekarang tersimpan dalam kening sang aktivis mahasiswa itu. Abdul sangat ingin merubah sikap anak bangsa lebih giat dan serta melupakan budaya asing.

4 tahun berlalu,kini abdul adalah seorang sarjana muda,dia membangun sebuah panti asuhan,membangun sekolah sekolah dengan biaya murah serta membangun taman pendidikan untuk anak keterbelakangan mental dan organisasi seni dan budayanya itu dia kembangkan hingga sekarang sekolah seni dan budaya itu cukup sukses,jujur abdul kini menjadi lebih sering membuat kegiatan sosial dan kegiatan kegiatan yang menyangkup pendidikan. Abdul masih ingat saat dia diusir oleh ayahnya dan tidur dirumah kosong bersama anak jalanan, tapi sekarang beliau sudah meninggalkan abdul pada tahun 2001,serta disusul bunda tercinta abdul aziz sebulan setelah meninggalnya ayah abdul. Tapi abdul tidak boleh patah semangat. Karena perjalanannya abdul masih panjang.

“Ingat ilmu itu mahal harganya,ilmu itu yang membuat orang menjadi bermoral,cerdas dan disiplin,jadikan ilmu berguna bagi negrimu dan lingkungan hidupmu,ilmu yang kita dapat harus kita kembangkan agar kelak kita berguna untuk negri kita sendiri”

~Abdul Aziz~

Abdul aziz adalah tokoh karangan yang bersifat sosial serta mencintai pendidikan. Cerita ini semata mata hanya untuk memberikan apresiasi kepada wakil rakyat betapa pentingnya pendidikan bagi anak anak yang sangat membutuhkan pendidikan,baik itu moral serta kecerdasaan.

Jangan pernah lupakan seni serta budaya negrimu sendiri,karena mereka yang dahulu sangat menjaganya. seni dan budaya adalah kehormatan setiap daerah.

Mohon maaf kalau dalam cerita saya menyinggung banyak pihak J




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline