Lihat ke Halaman Asli

KKN Untag Surabaya

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Pengabdian Masyarakat Mahasiswa 17 Agustus 1945 Surabaya: Inovasi Alat Penabur Pupuk Sederhana untuk Pemupukan Tanaman Jagung di Desa Wonoploso

Diperbarui: 21 Januari 2024   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Semangat pengabdian masyarakat diimplementasikan dalam aksi nyata oleh sekelompok mahasiswa Universitas 17 Agustus Surabaya 1945. Salah satu mahasiswa, Agung Risky Pranata, bersama rekan-rekannya, menggelar proyek inovatif dengan menciptakan alat penabur pupuk yang tidak hanya praktis tetapi juga memberikan solusi bagi petani lokal. Mari kita eksplor lebih jauh perjalanan kreativitas mahasiswa ini dalam membawa perubahan di tingkat lokal.

Proyek pengabdian masyarakat ini bermula dari pemahaman mendalam tim terhadap kebutuhan petani di Wonoploso, khususnya yang terkait dengan budidaya jagung. Agung Risky Pranata dan rekan-rekannya mengambil peran aktif dalam proses perancangan alat penabur pupuk inovatif ini, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertanian di wilayah tersebut.

Bahan utama dari alat ini adalah pipa PVC yang ringan dan tahan lama, dipilih dengan pertimbangan ketersediaan lokal dan keandalannya. Penggunaan bahan tersebut sejalan dengan semangat IPTEK Patriot Merah Putih yang mengedepankan pemanfaatan sumber daya lokal dalam pengembangan teknologi.

Desain alat penabur pupuk yang sederhana namun efektif mencerminkan pemikiran kreatif dan kesederhanaan sebagai kunci kesuksesan. Mahasiswa tidak hanya menciptakan alat yang dapat digunakan dengan mudah, tetapi juga memberikan pelatihan kepada petani setempat tentang cara penggunaan yang optimal. Hal ini menjadi langkah penting dalam memastikan adopsi yang luas dan manfaat maksimal dari inovasi yang dihasilkan.

Keunggulan utama dari alat ini terletak pada kemudahan penggunaannya. Petani tidak lagi perlu membawa timba atau membungkuk untuk menaburkan pupuk di dekat akar tanaman. Dengan alat ini, proses pemupukan menjadi lebih efisien, menghemat waktu, tenaga, dan mengurangi risiko cedera fisik.

Dokumentasi Pribadi

Namun, manfaat alat penabur pupuk ini tidak hanya terlihat dari segi efisiensi, melainkan juga dari sisi kenyamanan bagi petani. Kontak langsung dengan pupuk kimia yang seringkali menyebabkan sensasi grisihen (panas dan perih) di telapak tangan dapat diminimalkan, memberikan perlindungan kepada petani selama aktivitas pertanian.

Dukungan penuh dari pemerintah setempat menjadi penegasan bahwa inovasi ini memiliki dampak positif yang signifikan. Keberhasilan proyek tidak hanya diukur dari segi teknis alat, tetapi juga dari penerimaan dan dukungan yang diberikan oleh masyarakat lokal dan pemerintah.

Inisiatif pelatihan yang dilakukan oleh Agung Risky Pranata dan timnya bukan hanya memberikan pemahaman tentang penggunaan alat, tetapi juga memberdayakan petani dalam budidaya yang berkelanjutan. Mahasiswa tidak hanya membawa solusi teknologi, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial dan ekonomi di tingkat lokal.

Alat penabur pupuk inovatif ini tidak hanya menjadi simbol kreativitas mahasiswa, tetapi juga semangat gotong royong dan patriotisme merah putih yang diterapkan oleh generasi muda. Dengan inovasi ini, harapan baru telah tumbuh di Wonoploso, menciptakan lingkungan pertanian yang lebih berkelanjutan dan memberdayakan petani setempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline