Menyandang status baru sebagai mahmud alias mamah muda pada 27 Maret 2019 yang lalu, tentu menjadi pengalaman baru bagi saya. Ya, ketika masih single, saya bisa pergi ke mana pun seorang diri tanpa khawatir apapun.
Bekerja di luar kota pun, tak jadi masalah asalkan saya bisa menjaga diri dengan baik. Setelah menikah, sudah jelas bahwa ada suami tercinta yang siap siaga menemani. Pergi ke luar kota pun baru dapat saya lakukan ketika benar-benar ada keperluan dan atas seizing suami, tentu saya. Namun kini, ada tanggung jawab baru yang harus saya emban, yakni seorang anak.
Sekitar sebulan pertama pascamelahirkan, saya masih bisa beristirahat maupun sedikit bersantai. Selain ini adalah fase pemulihan pascaoperasi caesar dan kondisi yang harus saya miliki supaya dapat memproduksi air susu ibu (ASI) dengan baik, ada Mama yang #SelaluBisa membantu saya daam proses adaptasi ini.
Saya dan Mama bergantian menjaga bayi, ketika saya sedang memerah ASI dan suami saya bekerja. Hampir setiap hari Mama juga memasak aneka makanan yang diyakini dapat meningkatkan produksi ASI, apalagi saat itu produksi ASI belum terlalu melimpah.
Dukungan juga saya dapatkan dari suami yang #SelaluBisa membantu saya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang , sepulang ia bekerja. Terkadang pada malam hari, suami memijat oksitosin di area punggung, terutama ketika saya tengah menyusui si kecil. Saya sangat bersyukur atas bantuan orang-orang yang saya sayangin ini.
Namun saya tak bisa terus dimanjakan dengan keadaan ini, lantaran Mama harus kembali ke Gorontalo untuk mendampingi Papa yang berdinas di sana, tepat ketika bayi saya berusia tiga minggu. Saya pun kembali harus menjalankan pekerjaan rumah tangga sembari menjaga buah hati.
Saat itu, beberapa pertanyaan muncul di benak saya. Bagaimana jika harus bepergian ke suatu tempat namun suami masih bekerja dan saya harus membawa bayi?
Bagaimana jika saya perlu membeli makanan atau keperluan lain namun stamina saya masih belum benar-benar fit karena jahitan di perut yang masih belum sempurna? Berapa dana yang harus saya keluarkan jika saya mengandalkan orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut?
Kekhawatiran saya terjawab ketika jadwal imunisasi si kecil tiba. Pada 8 Mei 2019 lalu, saya dan bayi diantar suami menuju puskesmas terdekat, kemudian suami melanjutkan perjalanan ke kantor untuk bekerja.
Layaknya seorang ibu baru, tentu kelihatan betapa riweuh-nya saya. Hal ini bisa saya lihat dan rasakan dari tatapan pasien maupun pengantar di puskemas.
"Tak apalah, setiap orang tentu memiliki fase baru dalam hidupnya. Sekarang adalah giliran saya," begitu kata saya dalam hati. Namun saya pun kembali fokus pada tujuan saya, yaitu imunisasi bayi.