Lihat ke Halaman Asli

Luana Yunaneva

TERVERIFIKASI

Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Megahnya Gereja Merah, Peninggalan Zaman Kolonial Belanda di Kota Kediri

Diperbarui: 23 Maret 2018   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Megahnya Gereja Merah di Kota Kediri (foto: Luana Yunaneva)

Suatu bangunan bisa dikatakan unik, kalau memiliki sesuatu yang berbeda dibandingkan bangunan lainnya. Entah dari segi desain, warna maupun tema yang diusung. Nah, kalau Anda suka jalan-jalan dan mengeksplorasi bangunan-bangunan yang unik, Kota Kediri, Jawa Timur tentu saya rekomendasikan buat Anda.

Kalau Anda datang dari Kota Surabaya maupun Kota Malang, coba Anda melewati jembatan kecil yang konon usianya sudah cukup tua, namun masih bisa digunakan para pengendara sepeda motor dan mobil pada jam-jam tertentu. 

Setelah melalui Pasar Bandar yang berada di sebelah barat sungai, langsung saja ambil jalur ke utara, tepatnya Jalan KDP Slamet.

Tak usah mengendarai kendaraan terlalu cepat karena Anda akan segera menemukan sebuah gereja yang dicat dengan warna merah bata di sebelah kiri jalan. Ya, gereja yang menjulang tinggi itu bernama Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel. 

Warnanya yang unik membuat siapapun - kecuali warga lokal Kediri mungkin - yang melewati kawasan ini  ingin berhenti sejenak dan melihat dengan penuh tanya,

"Bangunan apakah ini?" 

Berkat warna dominannya pula, masyarakat Kediri menyebut bangunan ini sebagai "Gereja Merah".

Bangunan Gereja Merah Tampak Luar (foto: Luana Yunaneva)

GPBI Immanuel Kediri dibangun oleh orang-orang Belanda pada tahun awal abad ke-19. Momentum tersebut diabadikan melalui penandatanganan Dominus atau Pendeta J.A. Broers pada sebuah prasasti, 21 Desember 1904. 

Koster GPIB Immanuel Kediri, Lorens Hendrik menjelaskan, ini merupakan langkah awal pembangunan gereja untuk jemaat Protestan yang ada di Kota Kediri dan sekitarnya.

Bangunan gereja ini tak hanya megah ketika dipandang dari luar tetapi juga tetap memiliki unsur sakral seperti rumah ibadah pada umumnya. Selain itu, jemaat yang beribadah di tempat ini seakan mampu merasakan atmosfer beribadah pada masa lampau. Sensasi ini pun saya nikmati ketika memasuki Gereja Merah.

Bagian dalam bangunan gedung masih dipertahankan keasliannya, mulai jendela, mimbar, tangga dan ornament bangunan. Kalau pun ada sedikit modifikasi, tentu tidak banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline