Lihat ke Halaman Asli

Luana Yunaneva

TERVERIFIKASI

Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Edukasi dan Kopi Darat Chef bersama F&B Indonesia Culinary

Diperbarui: 20 November 2017   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berfoto dengan para chef dari berbagai daerah yang mengikuti kegiatan Kopdar ke-19 F&B Indonesia Culinary (foto: Luana Yunaneva)

Ilmu bisa didapatkan dengan berbagai macam cara. Sebagian besar orang memilih untuk menempuh pendidikan formal, seperti sekolah untuk bisa meningkatkan keterampilan maupun kemampuan mereka. Tetapi ada juga orang yang menjatuhkan pilihannya pada pendidikan nonformal, seperti kursus, pelatihan singkat dan sebagainya.

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan menghadiri Food and Beverage (F&B) Indonesian Culinary Kopdar ke-19. Ini adalah kali pertama komunitas kuliner nonprofit yang berpusat di Jakarta untuk menghimpun para praktisi kuliner di Tanah Air, mengadakan acara serupa di Kota Kediri, Jawa Timur. Kegiatan yang dihelat dari satu kota ke kota lainnya ini tidak hanya asal kopi darat tetapi juga memberikan pelatihan singkat dan menjalin komunikasi dengan baik dengan para pegiat kuliner di daerah-daerah yang menjadi tempat penyelenggaraan acara. Apalagi selama ini mereka hanya banyak berinteraksi melalui jejaring sosial Facebook, yang menjadi awal perkenalan mereka pada tahun 2014.

Bertempat di Rumah Makan Mirasa 2 Kota Kediri, lebih dari 200 praktisi kuliner turut hadir dalam kegiatan bertajuk "How to be A Profesional Chef?". Dengan menghadirkan para ahli di bidang tata boga, seluruh peserta juga mendapatkan pembekalan yang tentunya sangat menunjang kinerja mereka di bidang tata boga.

Sebut saja dalam demo ice carving, Chef Norman Avianto mengajak peserta melihat secara langsung, mengenai proses pembuatan dekorasi es batu yang biasa digunakan pada pesta pernikahan dan gatheringperusahaan. Tak tanggung-tanggung, ia melibatkan beberapa orang untuk memberikan contoh prosesnya bahkan risiko yang dihadapi, seperti jari yang terluka akibat terkena pisau.

Saya berpose di depan desain ice carving (foto: Luana Yunaneva)

Selain itu, ada demo fruit carvingyang melibatkan sejumlah peserta untuk mempraktikkan proses pemotongan sayur dan buah sehingga menjadi hiasan yang cantik saat menyajikan makanan (plating). Menyadari para peserta yang kesulitan menggunakan pisau carving,chef pun memberikan pemaparan dan semangat agar para peserta terus mencoba dan mencoba agar bisa menghasilkan hiasan yang menarik dari sayur dan buah.

Tak hanya demo, komunitas yang bermula dari jejaring sosiall facebook ini juga menggelar Plating Competition atau lomba menghias menu. Kali ini pihak penyelenggara menampilkan puding sebagai menu yang akan dihias. Perlombaan tersebut cukup menarik antusiasme peserta dari berbagai tingkat usia. Dengan berhati-hati mereka menghiasi piring saji dengan cokelat, selai, dan aneka bahan yang disediakan agar dewan juri menjatuhkan predikat pemenang pada dirinya. Ketika dewan juri mengumumkan bahwa Charlotta, peserta termuda yang masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar, para penonton pun bersorak gembira. Mereka semua tertegun menyaksikan semangat anak perempuan itu saat melakukan plating. Sementara, dua pemenang lainnya merupakan siswa dan siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Kota Kediri.

"Saya ikut acara ini memang keinginan sendiri untuk lebih meningkatkan kemampuan saya," tutur Elia Fitria, salah seorang peserta. "Tadi saya sempat menang plating competitionjuga, padahal baru setahun belajar di sekolah."

Di belakang saya adalah Founder F&B Indonesia Culinary. Sebuah momentum yang langka bisa bertemu para chef se-Indonesia dalam kegiatan ini (foto: Luana Yunaneva)

Kegiatan yang melibatkan para siswa dan mahasiswa jurusan tata boga ini memang bukan tanpa alasan. F&B Indonesian Culinary ini ingin membekali mereka dengan beragam kemampuan dan ide kreatif agar mereka lebih siap saat nantinya benar-benar terjun di bidang kuliner Indonesia. Pasalnya, dengan tambahann kreativitas, para chef akan mampu bersaing secara global. Meski demikian, kerjasama antarchef harus terus dilakukan agar mereka semua dapat saling melengkapi dengan karakteristik masing-masing.

Kediri, 20 November 2017

Luana Yunaneva

Sebelumnya tulisan ini telah dipublikasikan di blog pribadi penulis




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline