Saat mendengarkan frasa “bahasa Perancis”, tentu ada berbagai macam pendapat mengenai hal tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan salah satu bahasa yang sulit di dunia. Ada juga yang menilai bahwa bahasa Perancis itu kedengaran seksi jika diucapkan dan didengarkan.
Namun ternyata, bahasa Perancis diperkirakan merupakan “bahasa masa depan”, demikian dikutip dari situs berita Perancis, Le Figaro. Tercatat, bahasa Perancis termasuk dalam lanskap linguistik global, dengan catatan jumlah penutur bahasa Perancis di dunia yang hampir mencapai 275 juta orang.
Bahasa nasional negara mode dunia itu juga menjadi bahasa kedua yang paling banyak dipelajari di Uni Eropa, serta menjadi bahasa ketiga dalam bidang bisnis di seluruh dunia. Dilaporkan, prosentase penggunaan bahasa Perancis di sub-Sahara Afrika meningkat 15 persen pada tahun 2010 hingga 2014.
Kenaikan jumlah penerapan bahasa Perancis sebagai bahasa Pengantar di Afrika pun mencapai 30 persen, antara laindi Burkina Faso, Senegal, Gabon, Kongo, Benin dan Burundi). Bank Natixis bahkan memperkirakan dalam penelitiannya, bahwa bahasa Perancis akan menjadi bahasa yang paling banyak dituturkan di luar Inggris pada tahun 2050.
Menariknya, bahasa Perancis diperingati setiap tahunnya di seluruh dunia pada bulan Maret dalam “La Semaine de la Langue Français et de la Francophonie” atau “Pekan bahasa Perancis dan negara-negara penutur bahasa Perancis”. Mungkin hal ini berbeda dengan bahasa negara-negara lain yang belum tentu dirayakan pada hari-hari khusus, termasuk Indonesia. Sehubungan peringatan bahasa Perancis, Institut Français membantu penyebaran informasi dan jaringannya. Ada beragam kegiatan yang dihelat setiap tahunnya, seperti menonton konser film, menyanyi bersama dan mencicipi aneka kuliner negeri yang terkenal dengan menara Eiffel-nya itu.
Saya jadi teringat ketika mengikuti perayaan tersebut di Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya pada tahun 2015. Saat itu, saya dan teman-teman sekelas kursus bahasa Perancis di tempat yang sama, diminta untuk mengisi kegiatan “open house”. Kami memilih untuk menyanyi dan memainkan alat musik bersama secara akustik, dengan pilihan lagu yang sedang tren saat itu, “Let It Go” yang diterjemahkan dalam bahasa Perancis menjadi “Liberee Delivree” atau “Bebaskan Lepaskan”.
Berbekal rasa percaya diri dan kemampuan bahasa Perancis yang (saat itu) masih level dasar, kami memberanikan diri untuk menyajikan lagu tersebut dengan baik. Proses latihan selama lebih dari dua minggu di sela-sela jadwal kursus dan kesibukan masing-masing cukup terbayarkan, ketika kami menyelesaikan penampilan tersebut dengan baik dan mendapatkan sambutan menarik dari para pengunjung. Rasanya, kami bebas dari menghafalkan lirik soundtrack film “Frozen” tersebut setelah terkungkung dalam kata-katanya selama belasan hari.
Tahun 2017 ini, saya absen mengikuti perayaan “Pekan bahasa Perancis” karena domisili sekarang cukup jauh dari lokasi penyelenggaraan. Kelas conversation bersama penutur asli bahasa Perancis di Bandung pun terpaksa saya tinggalkan sebelum perayaan tersebut karena ada keperluan lain yang tak dapat saya hindarkan.
Meski begitu, semangat untuk mempelajari bahasa yang identik diucapkan dengan suara yang sengau ini tak pernah surut. Menonton film, menyanyikan lagu dan membaca media massa asal Perancis menjadi solusi untuk terus memperdalam bahasa nasional negara yang dipimpin oleh presiden François Hollande itu. Namun bahasa Indonesia akan tetap selalu di hati.
Anda tertarik mempelajari bahasa Perancis sebagai salah satu bahasa yang paling banyak dipelajari di dunia ini? ^^