Lihat ke Halaman Asli

Luana Yunaneva

TERVERIFIKASI

Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Si "Kalem", Musik Rock dan Lady Rocker Indonesia

Diperbarui: 19 Agustus 2017   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi VCD Lady Rocker Indonesia milik pribadi (foto: dok.pri.)

Momentum Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 9 Maret, mengingatkan bahwa musik memiliki peranan yang besar dalam kehidupan saya. Pasalnya, musik memberikan saya banyak inspirasi dalam segala suasana, termasuk untuk mendukung kinerja sehari-hari. Sebut saja hentakan drum acap kali memicu adrenalin untuk semakin cepat menyelesaikan pekerjaan, pun denting piano yang membuat darah mendesir serta membuat otak mendramatisir keadaan yang tengah saya alami dan rasakan.

Melihat wajah saya yang (katanya) kalem, kebanyakan teman biasanya menduga bahwa saya menyukai jenis musik melankolis dan pop. Itu tidak salah memang karena saya juga menyukainya. Tetapi fakta bahwa saya lebih mencintai jenis musik rock, terutama rock Indonesia jadul alias zaman dulu, ternyata mengejutkan mereka.

Perkenalan saya dengan genre musik ini berawal dari Papa yang merekomendasikan lagu-lagu milik rocker Indonesia, Nike Ardilla sewaktu saya masih duduk di kelas tiga sekolah dasar (SD). Tak hanya memberitahukan judul-judul lagu yang enak untuk dinyanyikan dan didengarkan, Papa langsung membelikan kasetnya untuk saya pelajari. Alhasil, setiap hari saya mendengarkan dan mulai menyenandungkan lagu-lagu perempuan kelahiran Bandung 27 Desember 1975. Saya masih ingat betul bahwa ada empat lagu Nike yang menjadi favorit saya pada waktu itu, yaitu Menanti Kejujuran, Bintang Kehidupan, Duri Terlindung dan Panggung Sandiwara.

Mulai jenuh dengan keempat lagu di atas, saya pun mencoba mendengarkan lagu-lagu Nike lainnya, yang ternyata enak juga. Praktis, tiada hari yang saya lewatkan tanpa memutar lagu-lagu putri dari pasangan Raden Eddy Kusnadi dan Nining Ningsihrat tersebut. Sebut saja Tinggallah Ku Sendiri, Cinta Kita, Cinta di Antara Kita, Nyalakan Api, Matahariku, Mama Aku Ingin pulang, Biarkan Cintamu Berlalu. Tak butuh waktu yang lama untuk saya menghafalkan nada dan lirik lagu-lagu tersebut. Mungkin hal ini dikarenakan memang otak saya sudah dari sono-nya di-setting untuk mudah menangkap materi melalui indera pendengaran.

Tak lama kemudian, beberapa nama lady rocker mulai saya kenal berdasarkan rekomendasi Papa maupun sejumlah musisi local yang tinggal tak jauh dari rumah. Setelah saya mencoba mencari tahu, lady rocker yangmasuk dalam daftar favorit saya di antaranya Mel Shandy, Anggun C. Sasmi, Nicky Astria dan India Christie. Mereka sudah terbukti memiliki kualitas suara yang bagus dan pembawaan yang menghayati untuk lagu-lagu rock.

Sama-sama bergelut di musik rock, tentu mereka memiliki karakter dan pembawaan yang berbeda pada saat menyanyi sehingga sangat menarik untuk dipelajari. Ya, saya memang suka menyanyi sekadar untuk menyalurkan hobi dan menghibur orang-orang dalam acara-acara tertentu, misal pernikahan, malam tahun baru, peringatan 17-an dan sebagainya. Tak heran kalau daftar lagu yang saya persiapkan, seringkali merupakan lagu-lagu mereka.

Pemilihan lagu biasanya saya utamakan yang cukup populer dan pastinya menyesuaikan tema acara. Misal ada acara pernikahan, tentu lagu yang saya persiapkan adalah lagu Cinta Kita dan Nafas milik Inka Christie yang berduet dengan Amy Search. Nggak mungkin donk kalau saya menyanyikan lagu Tua-Tua Keladi milik Anggun C. Sasmi atau Tinggallah Ku Sendiri milik Nike Ardilla. Bisa-bisa saya malah dapat tatapan tajam dari mempelai, kan malah repot...

Mengapa Rock menjadi Musik Favorit Saya?

Tak ada alasan khusus pada mulanya karena memang perkenalan saya dengan musik rock juga tidak terduga, yakni rekomendasi Papa yang ternyata juga saya sukai. Alunan musik itu acap kali menggunakan nada-nada tinggi sehingga ketika seseorang menyanyikannya, ada rasa lega ketika berhasil melepaskan suaranya dengan menjangkau notasi-notasi tinggi.

Nada dasarnya yang menggunakan akor minor, bagi saya, menjadi kekhasan pada genre musik ini. Tentu saja, hal ini berbeda dengan musik pop yang seringkali menggunakan nada dasar berupa akor mayor.

Yang menarik lagi bagi saya adalah tantangan bagi para musisinya. Kalau saya boleh bilang, keriting semua. Pemain drum atau drummer harus mengeluarkan energy ekstra saat menggebuk “senjatanya”, pemain gitar atau gitaris juga memiliki tantangan tersendiri ketika mengatur efek dan distorsinya agar kedengaran enak serta tidak bising, pemain bass atau bassist terkadang perlu menyisipkan variasi permainan agar monoton, juga vokalis yang memiliki kekhasan suara yang melengking.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline