Efisiensi. Satu kata itu menjadi perhatian penuh kita ketika hendak atau sedang melakukan suatu aktivitas. Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang yang menuntut segala sesuatu dilakukan dengan cepat, faktor inilah yang harus diperhatikan betul. Sebab, orang tidak ingin ketinggalan perkembangan informasi, yang akan berdampak pada kelancaran usahanya. Apapun bidang yang mereka geluti.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya). Definisi lainnya, efisiensi ialah emampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya)
Konsep inilah yang diusung oleh startup. Menurut Wikipedia, startup merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi, serta berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Dengan memberikan sentuhan kreativitas, startup terus melakukan sejumlah inovasi yang membuatnya berbeda dengan bidang-bidang usaha yang sudah ada. Untuk menjaga keberlangsungannya, inovasi dilakukan terus-menerus sampai tujuan akhir para penggunanya terwujud. Biasanya, tujuan ini berdampak positif bagi banyak orang. Tak hanya untuk penggagas dan pelaku startup, tetapi juga masyarakat.
Mari kita lihat startup yang masih eksis hingga kini dalam bidang jasa pengantaran, seperti Gojek, Grab dan Uber. Memiliki banyak pengguna tidak membuat mereka berleha-leha, tetapi justru semakin getol berinovasi. Kira-kira fasilitas apa lagi ya yang dibutuhkan konsumen tapi mereka belum memilikinya.
Inovasi ini juga dikembangkan praktisi digital startup Sanny Gaddafi, dalam bidang pertanian. Mengusung nama 8Villages, pria berkacamata ini ingin menolong para petani supaya bisa mengetahui perkembangan harga produk pangan. Dengan begitu mereka memiliki kontrol atas hasil panennya dan tidak mudah tertipu para tengkulak. Demikian dijelaskannya dalam acara Kompasiana Nangkring bertema “Membangun Negeri dengan Kreasi Digital”, Sabtu 19 November 2016 di Beehive Cafe & Boutique Hotel, Bandung.
Berhadapan dengan para petani membuat Sanny sadar bahwa ia berinteraksi dengan masyarakat desa yang kebanyakan belum sadar teknologi. Layanan Informasi Desa (Lisa) yang dibuatnya tak bisa langsung mereka akses menggunakan handphone berbasis Android. Untuk itu, Sanny memanfaatkan fasilitas short message services (SMS) sebagai alat komunikasi dengan para petani.
Pertanyaan yang masuk dari petani kepada timnya melalui SMS, ditanggapi dengan baik. Yang menjawabnya pun manusia, bukan komputer, yang dikira kebanyakan orang. Jadi, Sanny tetap mengangkat unsur humanis di tengah kemajuan teknologi.
Meski begitu, ia mulai mengajarkan perangkat Android kepada beberapa warga secara perlahan. Harapannya, warga desa mengikuti perkembangan zaman. Tidak lupa, bimbingan itu diberikan agar warga bisa merasakan fungsi layanan startup yang diusungnya, melalui telepon genggamnya. Apalagi Sanny membuka kemungkinan inovasi lain di bidang pertanian untuk ke depannya.
Proses digitalisasi ternyata juga dilakukan perusahaan asuransi, PT. Central Asia Financial. Sebelum terjun di bidang asuransi digital, perusahaan itu lebih dulu melakukan sejumlah riset selama setahun. Vice Presiden Strategic Marketing Head PT Central Asia Financial, Priska Sari Kurniawan memaparkan, permasalahan yang kerap dialami pengusaha asuransi antara lain konsumen merasa risih jika terus “dikejar-kejar” sales asuransi dan berkas yang tak kunjung sampai ke tangan konsumen. Jika jarak antara perusahaan dan konsumne terlalu jauh, dokumen tersebut berpotensi hilang.
Priska memastikan, layanan online PT Central Asia Financial dilakukan secara langsung oleh manusia, bukan komputer. Itulah sebabnya, untuk saat ini layanan belum dibuka selama 24 jam. Tetapi pihaknya tengah mengusahakan agar layanan bisa diakses 24 jam ke depannya sehingga konsumen bisa mengaksesnya tanpa batas waktu.