Lihat ke Halaman Asli

Luana Yunaneva

TERVERIFIKASI

Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Cukup Sekali, Pengalaman Pertama Ketinggalan Dompet

Diperbarui: 5 Desember 2016   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi previews.123rf.com/)

Sepulang dari kantor, tadinya saya dan dua orang teman berencana mengunjungi keluarga anak-anak yang mengikuti sebuah program pengembangan anak (PPA) di Kota Bandung. Sudah terbayang, betapa senangnya bisa mengunjungi orang yang baru saya kenal, lalu mengobrol dengan mereka. Namun sayang, rencana itu tertunda karena salah seorang teman berhalangan. Jadi, kami putuskan untuk melakukan kunjungan pada hari lain dalam minggu kedua Desember 2016.

Akhirnya, saya sempatkan tiduran sebentar di kamar untuk melepaskan lelah, lalu pergi ke toko buku. Niatnya adalah mencari ide dari buku-buku yang terpajang di sana, sembari membeli beberapa alat tulis.

Setiba di sana, saya hanya melihat sekilas buku-buku. Tidak ada yang menarik hati saya. Lalu saya beranjak ke bagian alat tulis. Setelah memilih beberapa barang, akhirnya saya melihat-lihat lagi koleksi buku di rak yang belum saya singgahi. Masih belum ada buku yang menggoda iman saya, hehehe.

Sesampainya di kasir, si mbak pramuniaga menghitung belanjaan dan saya membuka tas. Saya mulai berpikir, kok tas ini ringan sekali? Setelah saya rogoh seisi tas, ternyata fix, dompet saya ketinggalan, pemirsa!

Ini adalah pengalaman pertama saya yang baru menyadari kalau dompet ketinggalan sewaktu akan membayar di kasir sebuah toko. Praktis, saya tidak memegang uang sama sekali dong! Pun identitas diri dan surat-surat berharga seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

Sambil malu-malu meong, saya pun meminta maaf dengan sopan kepada mbak pramuniaga dan mengatakan kepadanya kalau dompet saya ketinggalan di rumah sehingga barang belanjaan terpaksa di-cancel. Untung saja, mbaknya nggak jutek. Dia malah tersenyum dan mengatakan, “Tidak apa-apa.”

Masih untung, barang belanjaannya nggak banyak karena saya hanya berniat membeli buku gambar dan alat tulis. Tetapi malunya itu yang nggak ketulungan, hehehe. Sudah jelas, saya tidak membawa kartu debit karena saya meletakkannya di dalam dompet. 

Saya sempat berpikir untuk mengambil uang di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) menggunakan rekening ponsel, salah satu program yang diusung bank tempat saya menabung. Cukup menggunakan handphone, saya tetap bisa mengambil uang di ATM, lalu kembali ke toko buku tadi dan mengambil barang belanjaan. Namun sayang, tidak ada ATM bank tersebut yang tampak di sepanjang jalan yang saya lewati. Jadi, saya harus mengikhlaskan diri pulang ke asrama. Mungkin saya akan kembali ke toko buku itu besok atau lusa. Sekalian berharap, mbak dan mas pramuniaga yang bertugas bukanlah mereka yang masuk shift pada insiden dompet ketinggalan tadi, hehehe.

Meski sedikit kecewa lantaran pulang tanpa membawa barang yang saya butuhkan, saya tetap bersyukur.

Ada tiga hal yang bisa saya petik dan perhatikan untuk ke depannya, dari kecerobohan ini.

Pertama, jangan lupa mengecek barang bawaan sebelum bepergian. Sebenarnya kebiasaan ini sudah saya lakukan. Hanya saya, saya lupa memastikannya kembali sebelum berangkat ke toko buku. Dan pengalaman ini penting untuk teman-teman yang suka gonta-ganti tas, terutama wanita. Sebab, tas yang tadi saya gunakan adalah tas untuk ngantor. Sementara, dompet ketinggalan di tas kecil yang kemarin saya gunakan sewaktu membeli makan malam bersama teman se-asrama. Ketemu kan pokok permasalahannya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline