Lihat ke Halaman Asli

Luana Yunaneva

TERVERIFIKASI

Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

[My Diary] Move On

Diperbarui: 13 April 2016   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi (sumber: ste.india.com"][/caption]Dear, Diary

Melakukan perpindahan bukanlah sesuatu yang mudah ya? Dalam kasus berpindah tempat tinggal, misalnya. Dalam segala sesuatu, tentu ada dua macam kemungkinan, yaitu baik dan buruk. Hal yang baik dari kepindahan itu adalah merasakan pengalaman baru dengan lingkungan, budaya, dan orang-orang yang berbeda. Sebaliknya, hal yang menyedihkan dari perpindahan ke tempat yang baru adalah terpaksa meninggalkan kenangan di tempat lama, baik suka maupun duka, juga melakukan adaptasi lagi dengan semuanya.

Saat ini, aku berada di posisi itu, Dear. Aku harus meninggalkan semuanya. Semua yang telah kulalui di tempat ini, dengan segala kenikmatan dan kedukaan yang ada di dalamnya. Aku bingung harus senang atau sedih ketika melakukan perpindahan ini. Hanya sahabatku Kirana, yang mampu memahami perasaaku. Setidaknya dalam beberapa minggu terakhir. Ini hanya sedikit kutipan antara aku dengannya.

"Kamu koq lemes ? Bukannya ini yang kamu inginkan?"

"Iya aku tahu, Kir, tapi…”

“Mana sosok Sylvana yang kukenal itu? Kamu adalah wanita yang cerdas. Keputusanmu sudah tepat. Jangan sampai kamu mengubah keputusanmu itu. Go ahead!” ia memotong pembicaraanku, kemudian memacuku yang masih terdiam dan membatu. “Meskipun aku juga sedih kalo kamu ninggalin aku, Syl. Siapa lagi yang akan jadi sahabatku di kompleks ini selain kamu?”

“Kayaknya nggak ada sih, Kir. Teman-teman sebaya kita di kompleks ini sudah pada tinggal di luar kota kan. Asri kuliah, Dandy dan Messy kerja, Kak Sari sudah menikah.”

“Iya. Makanya aku lebih seneng ketika kamu bisa berkembang di sana. Meski sedih, aku tetep dukung kamu, Syl. Kapan lagi ada kesempatan meraih beasiswa? Ini yang kamu inginkan selama ini kan?” Aku mengangguk. Kirana memelukku.

Entah, baru kali ini pelukannya terasa hangat dan menenangkan di tubuhku, Dear. Padahal ketika kami ngobrol biasanya sambil sesekali menyandarkan tangan di bahu atau pinggang satu sama lain, semuanya biasa saja. Mungkin ini yang namanya sedih. Sedih ketika keadaan membuatku terpisah dari sahabat yang sangat kukasihi sejak masih kanak-kanak.

Barang-barang yang akan kubawa sudah kukemasi dengan rapi di dalam koper dan tas ransel. Kupandangi seisi kamar. Kamar yang kutinggali sejak aku masih kecil ini kelak pasti akan sangat kurindukan. Ranjang yang empuk lengkap dengan bantal dan guling kesayangan, rak buku yang penuh dengan koleksi novel, album foto yang berjajar di dinding, pun miniatur Hello Kitty favoritku yang berjajar di meja belajar.

Aku merenung. Beratnya perpindahan tempat mungkin sama beratnya dengan perpindahan hati, yang punya istilah kekinian “move on”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline