Mau kemana setelah lulus kuliah? Inilah salah satu pertanyaan banyak orang kepada calon sarjana. Mengingat jumlah sarjana di Indonesia sangat banyak sarjana yang menjadi pengangguran setelah tamat kuliah. Selain lapangan kerja yang terbatas, nyatanya ada faktor lain yang menyebabkan banyak pengangguran sarjana yaitu minimnya keterampilan (Skill).
IPK tinggi atau status cum laude bukan jadi faktor utama di dunia kerja. IPK bukan modal utama untuk di terima saat melamar pekerjaan. Bagi perusahaan, nilai tersebut hanya sebatas angka, tapi keahlian dan skill menjadi bukti apakah pantas menyandang gelar cum laude tersebut atau tidak.
Meskipun persaingan di dunia kerja sangat tinggi, tapi peluang untuk bekerja akan selalu ada. Kebanyakan perusahaan membutuhkan lulusan sarjana yang memiliki skill mumpuni yang dibutuhkan perusahaan. Bekerja sesuai skill, karier mereka lebih cemerlang di kemudian hari.
Selama ini banyak yang salah kaprah menyikapi fenomena pengangguran terdidik. Pengalaman kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya sarjana pengangguran. Logikanya, kok baru lulus kok sudah minta pengalaman kerja. Aneh kan ? Pengamalan kerja tidak mungkin dimiliki bagi mereka yang baru lulus. Namanya pengalaman kerja berarti ya kerja dulu. Kan begitu?
Baca juga : Ketimpangan Bonus Demografi, Pengangguran Terdidik dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Banyaknya tenaga kerja lulusan sarjana yang ditolak perusahaan bukan karena tidaknya adanya pengalaman kerja. Tapi minimnya skill. Lantas, bagaimana dengan pengalaman kerja? Tentunya pengalaman kerja akan terbentuk dengan adanya skill yang mereka dimiliki.
Berdasarkan pengalaman penulis dilapangan, banyak perusahaan yang mau menampung lulusan sarjana yang memiliki keterampilan yang sesuai kebutuhan perusahaan walaupun belum punya pengalaman kerja yang mumpuni.
Menjadi pekerja kontrak (part time, freelance) adalah salah satu pilihan yang sering ditawarkan perusahaan bagi pekerja yang belum berpengalaman. Jika mereka sudah mempunyai pengalaman, bisanya mereka mengundurkan diri dari perusahaan tersebut dan mencari pekerjaan yang lebih layak dan menjanjikan masa depan.
Jadi, faktor yang berperan dalam masalah banyaknya sarjana menganggur karena Tidak sesuainya kompetensi ilmu dengan kebutuhan di dunia kerja dan kualifikasi yang dimiliki. Kualifikasi yang dimaksud merupakan kemampuan yang tidak sesuai, seperti seorang sarjana dengan kompetensi rendah, sehingga mendapatkan pekerjaan dengan level yang tidak sesuai.
Akibatnya lulusan sarjana tidak memenuhi standar harapan pengguna lulusan. Banyak perusahaan yang tidak bisa menerima pelamar kerja meskipun sudah menyandang gelar sarjana karena tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan.
Baca juga : Perguruan Tinggi, Pencetak Pengangguran Terdidik?