Lihat ke Halaman Asli

L S P 3 I

Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia (Institute for Policy Research and Development study Indonesian Education), adalah organisasi non profit pendidikan yang bergerak di bidang KAJIAN, STUDI & RISET.Tujuannya mewujudkan tatanan pendidikan Tinggi Indonesia yang berpegang kepada nilai-nilai peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.

Minim Keterampilan, Penyebab Tingginya Pengangguran Terdidik

Diperbarui: 28 Juni 2021   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyebab pengangguran terdidik tinggi (unsplash/saulo mohana)

Mau kemana setelah lulus kuliah? Inilah salah satu pertanyaan banyak orang kepada calon sarjana. Mengingat jumlah sarjana di Indonesia sangat banyak  sarjana yang menjadi pengangguran setelah tamat kuliah. Selain lapangan kerja yang terbatas, nyatanya ada faktor lain yang menyebabkan banyak pengangguran sarjana  yaitu minimnya keterampilan (Skill).

IPK tinggi atau status cum laude bukan jadi faktor utama di dunia kerja. IPK bukan modal utama untuk di terima saat melamar pekerjaan. Bagi perusahaan, nilai tersebut hanya sebatas angka, tapi keahlian dan skill menjadi bukti apakah pantas menyandang gelar cum laude tersebut atau tidak.

Meskipun persaingan di dunia kerja sangat tinggi, tapi peluang untuk bekerja akan selalu ada. Kebanyakan perusahaan membutuhkan lulusan sarjana yang memiliki skill mumpuni yang dibutuhkan perusahaan. Bekerja sesuai skill, karier mereka lebih cemerlang di kemudian hari.

Selama ini banyak yang salah kaprah menyikapi fenomena pengangguran terdidik. Pengalaman kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya sarjana pengangguran. Logikanya, kok baru lulus kok sudah minta pengalaman kerja. Aneh kan ? Pengamalan kerja tidak mungkin dimiliki bagi mereka yang baru lulus. Namanya pengalaman kerja berarti ya kerja dulu. Kan begitu?

Baca juga : Ketimpangan Bonus Demografi, Pengangguran Terdidik dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Banyaknya tenaga kerja lulusan sarjana yang ditolak perusahaan bukan karena tidaknya adanya pengalaman kerja. Tapi minimnya skill. Lantas, bagaimana dengan pengalaman kerja? Tentunya pengalaman kerja akan terbentuk dengan adanya skill yang mereka dimiliki.

Berdasarkan pengalaman penulis dilapangan, banyak perusahaan yang mau menampung lulusan sarjana yang memiliki keterampilan yang sesuai kebutuhan perusahaan walaupun belum punya pengalaman kerja yang mumpuni. 

Menjadi pekerja kontrak (part time, freelance) adalah salah satu pilihan yang sering ditawarkan perusahaan bagi pekerja yang belum berpengalaman. Jika mereka sudah mempunyai pengalaman, bisanya mereka mengundurkan diri dari perusahaan tersebut dan mencari pekerjaan yang lebih layak dan menjanjikan masa depan.

Jadi, faktor yang berperan dalam masalah banyaknya sarjana menganggur karena Tidak sesuainya kompetensi ilmu dengan kebutuhan di dunia kerja dan kualifikasi yang dimiliki. Kualifikasi yang dimaksud merupakan kemampuan yang tidak sesuai, seperti seorang sarjana dengan kompetensi rendah, sehingga mendapatkan pekerjaan dengan level yang tidak sesuai. 

Akibatnya lulusan sarjana tidak memenuhi standar harapan pengguna lulusan. Banyak perusahaan yang tidak bisa menerima pelamar kerja meskipun sudah menyandang gelar sarjana karena tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan.

Baca juga : Perguruan Tinggi, Pencetak Pengangguran Terdidik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline