Lihat ke Halaman Asli

Kolonel Adjie Ngopi dengan SBY

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tolong di luruskan, Kolonel Adji tidak mengkritik, namun share uneg uneg kepada kawan dengan cara yang santun. Tidak sembarang mengkritik dengan cara yang, maaf, mempersonifikasikan manusia dengan hewan, maaf lagi, kerbau. Atau, maaf lagi, melempar - lempar kotoran yang dilihat dari segala sudut ilmu pengkajian seharusnya tidak disentuh oleh bare hands, apa lagi di lemparkan kemana mana sehingga udara juga terciprat semburat dan serpihan kotoran tersebut. Sehingga mau tidak mau orang orang yang berada di radius minimal 5 meter akan, maaf lagi, bermandikan serpihan dan semburat dari benda yang tidak berderajat tinggi ketimuran. TIDAK. Tidak mengecam. Kolonel Adjie, secara hati hati merangkai kata kata yang di peruntukan kawan, sahabat, sesama manusia yang pernah merasakan godokan pendidikan secara militer. Kata kata yang disampaikan ke kawan  ketika sedang ngopi malam hari  di warung, sambil sesekali menyeruput kopi dan menyobek pisang goreng dan penganan lain.

Sesekali, menepuk nyamuk yang hinggap, sesekali beringsut membetulkan letak kopiah dan sarung. Dialog yang akrab tercipta, suasana yang hangat di bawah lampu petromak terbangun. Tidak, bukan kritik, bukan kecaman. Hanya sedikit harapan dari seorang kawan kepada kawan yang kebetulan bernasib baik, mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik, menjadi Presiden. Lama tidak bersua, kangen dan rindu akan suasana nostalgia sesama prajurit dulu tercipta, satu satunya suasana yang sulit di didapat ditengah sibuknya tugas ke-Presiden- an.

Seorang Adjie jauh dari keinginan untuk menjatuhkan seorang kawan, apalagi seorang Presiden, yang kepadanya saat ini sedang di beri jatah tugas untuk mengatur hajat hidup orang banyak. Begitu banyak orang tua yang anak anaknya sedang bersekolah dimasanya, di asuh oleh guru guru yang bekerja di masanya. Jika menjatuhkan atau paling tidak mengganggu konsentrasi kerjanya sebagai seorang nahkoda tertinggi di kendaraan bernama Indonesia ini, tentulah kendaraan ini akan oleng ke sana kemari, kendaraan yang membawa sekian banyak anak bangsa. Tidak, seorang Adjie tidak akan melakukan penjatuhan seperti itu, apalagi character assassination.

"Memang, secara alamiah, individu atau organisasi umumnya akan bersikap konservatif atau tak ingin berubah ketika sedang berada di posisi puncak dan situasi menyenangkan. Namun, dalam konteks korupsi yang kian menggurita, tersisa pertanyaan, apakah SBY hingga 2014 mampu membawa negeri ini betul-betul terbebas dari korupsi?


Berharap cemas seorang Adjie kepada si kawan sambil menepuk pundak kawan ini, dan tatapan hangat dari sepasang mata seolah berat berpisah dan tidak akan sempat ngopi seperti ini lagi. Akhirnya senyum terkembang seraya menyampaikan salam perpisahan dengan harapan tinggi karena si kawanpun membalas senyum dengan tatapan yang menentramkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline