Lihat ke Halaman Asli

Surat Tak Pernah Sampai

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekali ini coba dengarkan aku. Apa yang aku rasa, aku harap, aku pinta. Tidak banyak, hanya sedikit pengertian dari apa yang telah aku jalani. Tidak perlu sebuah materi untuk mengiringku pulang, karena bagiku pulang adalah sebuah dermaga di tengah gurun pasir. Suatu saat nanti aku akan pulang, Ayah. Membawa semua mimpi-mimpiku yang selama ini terkurung olehmu. Ijinkan aku menjadi seorang perempuan yang teguh menjalani apa yang sudah aku ucapkan. Ketika aku menjauh darimu, bukan berarti kau gagal menjadi ayahku.

Aku liar untuk dewasa, Ayah. Aku mengikuti liarnya alam, karena pada saatnya ketika kau sudah kembali kepada alam, aku harus tetap berdiri menghadapi dunia. Aku harus belajar hidup tanpamu, Ayah. Kau yang mendidikku untuk menjadi perempuan yang kuat. Perempuan yang tidak kalah hebat dibandingkan lelaki. Perempuan yang punya harga diri tetapi tetap rendah hati. Ayah, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku pasti akan pulang jika memang itu sudah saatnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline