Lihat ke Halaman Asli

Bahagia

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

BAHAGIA

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)

Kebahagiaan Eksternal: Sebuah Jebakan.” Kalimat singkat itu adalah judul sub bab buku yang ditulis oleh Prof. Nasaruddin Umar. Buku yang beliau tulis memang tentang bagaimana mengupayakan bahagia yang sesungguhnya. Dalam buku tersebut, beliau menawarkan 9 jalan kebahagiaan. Saya tidak menyempatkan diri untuk membacanya secara keseluruhan. Hanya beberapa lembar saja yang –sengaja– saya baca.

Oke, dari “kebahagiaan eksternal, sebuah jebakan” itu tulisan ini dimulai. Banyak orang yang mengangankan hidup bahagia andai sudah mendapatkan ini dan itu. Kiayi saya di desa dahulu pernah memberikan tamsil yang menurut saya tidak berjauhan dengan logika Prof. Nasaruddin. Banyak juga orang yang baru mau berbuat yang lebih baik setelah memiliki motor, misalnya. Padahal, boleh jadi motor justru melupakannya pada janji (palsu) masa lalu.

Manusia dan kebahagiaan memang dua unsur yang berbeda. Namun, tidak menutup kemungkinan keduanya menyatu dalam kebersatuan yang erat, tak terpisahkan. Sebab, kebahagiaan itu sesungguhnya tersimpan dalam “hati” setiap insan. Masalahnya, mampu dan bersediakah setiap insan mengaktifkan kebahagiaan tersebut? Jawabannya boleh beragam dan sayangnya banyak juga yang tidak menyadari realitas tersebut.

Manusia yang merasakan kegundah-gulanaan (baca, galau) adalah mereka yang membangun jarak dengan kebahagiaan. Padahal, kebahagiaan sesungguhnya adalah karunia yang disediakan Allah kepada setiap hamba-Nya. Jarak yang terbangun tersebut akan semakin jauh ketika justru sandaran kegalauan hamba bukan (lagi) Allah, tetapi justru hal lain. Oleh karena itu, andai harus galau maka kembalinya harus kepada-Nya.

Doa sapu jagad adalah doa yang paling sering dibaca oleh umat Islam. Bahkan, doa ini bisa dikatakan sebagai doa wajib. Tidak afdhal rasanya doa yang panjang kalau tidak dipungkasi dengan doa ini. Hal ini dikarenakan doa tersebut adalah doa dari segala doa alias inti dari semua permohonan hamba. Isi doa tersebut adalah permintaan kebaikan (kebahagiaan) hidup dunia-akhirat dan agar terhindar dari siksa api neraka.

Dari doa tersebut, marilah kita menyadari bahwa inti kehidupan adalah bagaimana kita hidup bahagia. Antara bahagia dunia dan akhirat sebenarnya tidak terpisah, tetapi justru merupakan satu kesatuan. Bahagia di dunia adalah indikasi tercapainya bahagia akhirat. Sebaliknya, bahagia akhirat tidak tercapai kecuali dengan bahagia yang kita rasakan di dunia. Selebihnya, jika kita bahagia di dunia ini maka insya Allah terhindar dari siksa-Nya.

Hidup bahagia itu adalah perihal menikmati kehidupan atau sebaliknya. Apapun yang kita temui, anugerah atau musibah, jika dinikmati maka perasaan bahagia itu tetap terpatri dalam kalbu. Dalam hal ini, bahagia berkaitan erat dengan cara kita menyikapi kehidupan. Kesadaran bahwa Allah adalah pemilik segalanya menjadi penting. Ditambah dengan pemahaman bahwa apa yang kita dapatkan tiada lain adalah cobaan dan ujian.

Manusia yang menjalani hidup dengan bahagia akan mendapatkan manfaat yang banyak. Semua yang dilakukan karena bahagia tidak akan menyisakan luka dan rasa lelah. Ingat penggalan puisi Gus Mus (Dalam Kereta): “Aku kembali teringat perjalanan kita yang singkat bukan karena jarak yang dekat. Tapi jarak terlipat oleh keasikan kita yang nikmat.” Benar, karena bahagia semua tidak terasa. Kepada-Nya semata, kita memohon bahagia. []




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline