Lihat ke Halaman Asli

LoVembers

I'm a delusional artbitch who is trapped on poem, music, film, and photography.

Puisi | Semesta Luka

Diperbarui: 26 Agustus 2019   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: istock

Sebelum dini buta menjelma pagi yang semu aku bermimpi mendengarkan nafasmu lelaki berjantung bulan, mahir melelapkan badai dengan belai tangan rupawan 

Sangka ini menghadirkan ratusan anak telaga di mataku tempat semesta memadu, menerka jumlah debar dalam lumbung rasa menakar ceruk luka yang kian mengangga karena kecewa 

Malam ini kelam sewarna bir yang hendak kutuang ,rindu melahirkan degup yang hinggar pada harapan menuding kata-katamu menjadi korban, selaksa umpama dari kepak yang membawaku terbang 

Ceritakan padaku, sepedih apa hujan pagi tadi menjatuhi ubun-ubunmu? 

apakah lebih nyeri dari ulu mangsa buruan yang terpanah? 

ataukah melebihi perih sayatan yang dilembabkan nanah? 

Serupa itu kau sembam dadaku hingga mengabu.

 Ygy 25.08.19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline