Lihat ke Halaman Asli

LoVembers

I'm a delusional artbitch who is trapped on poem, music, film, and photography.

Rabu Pagi

Diperbarui: 28 Februari 2019   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image source: www.123rf.com/


Rabu pagi pernah bertanya,
Apa kabarmu?
Lemah lembut berupa kepak sayap laron yang berpura-pura mengingkari mentari
Melebihi desir angin yang mengajari pohon-pohon bernyanyi

Rabu pagi juga bertanya,
Ke mana perginya pelukan yang pernah kaupuja dengan seribu kata-kata?
Kecup yang kau katakan lihai menidurkan bulan yang terluka,
Atau belai paling menenangkan bagi ikan yang kecewa karena arus telaga

Lelakiku, aku bergetar mengenang suaramu yang membangunkan pagiku
Memandang punggung yang perlahan menghilang
Dan kerinduanku, adalah hukuman yang hanya terampuni dengan sebuah pertemuan

Saat aku menggigil pada suhu terendah
Sementara hangatmu, layaknya punggung bukit yang dipuja ribuan kabut-kabut
Degupku lemah
Diremehkan canda udara dini hari
Diacuhkan sunyi yang lebih sepi dari desir nadiku sendiri

Perihal apa yang menjadikanmu setabah ini menunggu?
Tanya Rabu pagi
Sebab pelukanmu murni, bukan dekap buatan yang kumenangkan di meja judi


Tasikmalaya 270219 (02:49)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline