Sepasang kelingking saling bertaut
Usah lagi menjauh, ucapmu Karena kata jauh hanyalah penjara yang perlahan dibangun dari pikiran-pikiran rindu
Sementara setengah dadaku faham, Degupmu adalah bunyi yang sengaja selalu ia rekam namun luput ia tirukan
Terik surya tak sedikitpun meminjami payung agar aku terlindung dari isi kepalamu yang serupa hujan
Selalu membasahi rimbun akasia dan menyejukan taman-taman
Tampaknya semesta tatapanmu tetap sama Mata yang serupa bintang-bintang
Setiap kedipnya selalu membuatku lupa ... hari ini senja dimulai pukul berapa
Tutur katamu lembut dan santun
Seperti benang yang saling berkait di mesin tenun
Sampai membentuk kain sutra menagih segala decak kagum