Lihat ke Halaman Asli

elde

TERVERIFIKASI

penggembira

Siapa Berpotensi Tersandera Parpol Bila Jadi Gubernur, Ahok atau Anies?

Diperbarui: 18 Maret 2017   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sepertinya baru untuk pertamakali pemilihan Gubernur DKI saat ini calon yang dimunculkan bukan dari kader partai politik. Tentunya ini bukan tanpa alasan mengapa parpol memilih jalan demikian. Walaupun dari kader partai ada beberapa sosok yang menonjol, menjadi pertanyaan kenapa tidak berani meamjukan menajdi calon Gubernur.

Bila kita sedikit menengok kebelakang hingar bingarnya perhelatan Pilkada DKI kali ini yang banyak dikatakan rasa Pilpres, tentunya masih ingat dengan fenomena yang sempat dimunculkan oleh komunitas anak muda yang menamakan dirinya "Teman Ahok". Semangat anak-anak muda yang menginginkan Ahok kembali maju di Pilkada lewat jalur independen. Dengan cara mengumpulkan KTP sebagai jalan memenh persyaratan yang ditentukan oleh KPUD.

Antusias masyarakat Jakarta pun begitu besar dan konon KTP yang dikumpulkan mencapai lebih dari 1 juta. Angka yang melebihi batas minimum persyaratan KPUD. Menunjukkan kepercayaan masyarakat pada partai politik sudah berada di titik yang memprihatinkan. Hal yang tentunya bisa dipahami karena melihat fenomena korupsi yang masih marak dan pelakunya sebagian orang partai. Rasa alergi pada partai parpol pun sudah menjangkiti warga.

Berkaca dari fenomena yang terjadi di masyarakat dan terinspirasi oleh kerja "Teman Ahok", untuk mengambil hati rakyat, parpol pun tidak berani mencalokan kader sendiri. Paling-paling cuma calon wakil Gubernurnya saja. Tentunya dengan pertimbangan pasangan yang diusung dianggap tidak akan terkontaminasi dengan kepentingan partai pengusung dan pendukung.

SBY yang dikenal ahli strategi berpolitik pun membaca situasi ini. Bahkan memajukan paslon yang diusung keduanya bukan dari kader partai, Agus Harimurti dan Sylviana. Sayangnya nama Yudhoyono dibelakang Agus, belum menjadi jaminan kesuksesan. Masyarakat Jakarta menganggap Agus masih terlalu dini dan belum berpengalaman untuk memimpin ibukota. Akhirnya tersingkir dan gagal maju di putaran 2.

Begitu pula dengan Gerindra dan PKS yang semula sudah mantap mencalonkan Sandiaga Uno sebagai calon Gubernur. Mendekati hari pendaftaran di KPUD, mengubah strategi. Lebih memilih Anies Baswedan yang bukan kader partai sebagai calon Gubernur dan Sandi terpaksa turun derajatnya menjadi ccalon wakil Gubernur. Memilih Anies bukan tanpa perhitungan.

Sandiaga Uno selain sebagai kader partai, dianggap terlalu beresiko bila dijadikan calon Gubernur. Masyarakat umum Jakarta belum begitu mengenalnya dan memahami apa kontribusi dia untuk negeri ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline